Senin 27 May 2019 12:42 WIB

Ahmad Baba Kaji Hukum Perbudakan

Islam, menurut Ahmad Baba, melarang tindakan yang merendahkan martabat manusia

Perbudakan (Ilustrasi)
Foto: AFP
Perbudakan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada 1613, nama besar Ahmad Baba telah menyebar luas di dunia Islam, terutama dalam bidang pendidikan. Banyak kalangan ingin berbagi ilmu atau bertanya banyak hal kepadanya.

Pada tahun itu, Ahmad Baba mendapat kesempatan untuk berkonsultasi dengan ulama Touat di Aljazair mengenai maraknya aksi kekerasan dan kekejaman terhadap budak yang dilakukan tokoh berpegaruh bernama Bilad al Sudan.

Baca Juga

Para ulama Touat kala itu khawatir arus perbudakan dan perdagangan manusia di Afrika semakin buruk. Mereka menilai, perbudakan telah merendahkan derajat manusia yang sebenarnya sama di mata Allah SWT.

Ahmad Baba dengan segala kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki kemudian memberikan nasihat kepada ulama Touat. Ahmad Baba pun menjelaskan dari berbagai sudut pandang, termasuk aspek hukum perbudakan. Ia juga melengkapi penjelasannya dengan kutipan dari Alquran, hadis, dan pendapat dari sejarawan dan ulama terkenal, seperti Ibnu Khaldun.

Penjelasan yang paling ditunggu-tunggu oleh para ulama Touat adalah mengenai landasan hukum perbudakan. Kepada mereka, Ahmad Baba menjelaskan, praktik perbudakan yang dilakukan Bilad al-Sudan melanggar hukum. Sebab, ia telah memperbudak manusia dengan alasan perbedaan ras dan warna kulit. 

Islam, menurut Ahmad Baba, melarang tindakan yang merendahkan martabat manusia berdasarkan warna kulit. Kala itu, Bilal al-Sudan menjaring orang-orang kulit hitam kemudian dijual kepada orang-orang yang membutuhkan tenaga budak. ''Hal itu sangat bertentangan dengan hukum Allah,'' kata Ahmad Baba.

Meski demikian, Ahmad Baba tidak dapat menyebutkan hukum yang melarang perbudakan. Sebab, pada zaman Nabi Muhammad SAW, perbudakan juga sudah ada dan tidak dilarang. Rasulullah hanya menekankan bahwa perlunya bagi setiap tuan dari budak untuk memperlakukan budaknya dengan baik.

Sebab, menurut Rasulullah, budak adalah saudara yang selayaknya disantuni dan diperlakukan sebagaimana orang biasa. Meski budak bertugas membantu pekerjaan seseorang, budak tetaplah keturunan Nabi Adam AS dan punya derajat yang sama di mata Allah SAW.

Untuk mempertegas argumennya di hadapan para ulama, Ahmad Baba mengutip sabda Rasulullah, yaitu, ''Allah Yang Mahatinggi telah membuat Anda menjadi tuan dari budak. Jika Dia menghendaki, Dia akan membuatnya (budak itu) menguasai Anda.''  

Sabda Rasulullah itu, menurut Ahmad Baba, merupakan landasan mengenai perlunya memperlakukan budak dengan baik, tidak seperti yang dilakukan Bilad al-Sudan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement