Sabtu 18 May 2019 12:30 WIB

Menjadi Pemimpin yang Amanah

Seorang pemimpin harus bersikap amanah

Memilih pemimpin (ilustrasi)
Foto: AHS
Memilih pemimpin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhtadi Kadi     

Seorang ulama yang saleh dalam tidurnya bermimpi melihat raja di surga yang penuh dengan kemewahan. Wajahnya beseri-seri diselimuti kebahagiaan.

Baca Juga

Ia juga melihat banyak rakyat di neraka, mereka dihiasi dengan besi panas di kedua tangan dan kaki mereka.

Dalam hati, sang ulama terheran-heran dan bertanya pada dirinya sendiri, amalan apa yang dikerjakan oleh raja ini sehingga dia mendapat derajat tinggi, memperoleh kenikmatan surgawi? Apa yang menyebabkan banyak rakyat yang bergelimpangan, antara hidup dan mati di neraka?

 

Banyak orang yang beranggapan sebaliknya, rajalah yang seharusnya di neraka dan rakyat di surga karena kenyataan berbicara, banyak raja yang menzalimi rakyat.

Tiba-tiba seseorang yang tidak dikenal menghampirinya, lalu berkata, "Raja tersebut masuk surga karena dia lebih mencintai anak-anak yatim dan orang-orang miskin ketimbang harta dan kedudukannya, sedangkan rakyat banyak yang masuk jurang neraka karena mereka berlomba untuk duduk di samping raja."

***

Seorang penyair berkata, "Sebaik-baik penguasa adalah mereka yang selalu di depan pintu orang-orang fakir, dan sejelek-jelek orang fakir adalah mereka yang selalu berada di pintu amir."

Sepatutnya para penguasa meniru Umar bin Khattab saat ia menjadi khalifah. Kepercayaan yang dibebankan di pundaknya dijadikan jembatan untuk mencari anugerah dan ridha Allah SWT.

Di sela-sela istirahatnya di malam hari, Umar menyisihkan waktu untuk mengunjungi perkampungan tempat tinggal kaumnya. Tak segan dan tak tanggung-tanggung dia mengusap kepala anak-anak yatim, mengulurkan bantuan kepada para dhuafa, fakir miskin.

Mereka yang dipercaya rakyat harus memikirkan rakyat, bukan hanya untuk memikirkan keluarga dan golongan sendiri, membodohi rakyat, mengeruk harta sebanyak-banyaknya seraya menggunakan aji mumpung.

Kekuasaan, jabatan, dan harta semata-mata hanyalah amanat dari yang Mahakuasa yang akan dimintai pertanggungjawaban di hari kelak. Semua manusia akan melihat segala amal perbuatan mereka di dunia.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Jika manusia sudah diantarkan ke liang kubur, tidak ada yang menemaninya kecuali ilmu dan amalnya."

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement