Selasa 14 May 2019 12:30 WIB

Mengenal Serbat Ala Mesir dan Iran

Serbat memberikan pengaruh dalam kehidupan masyarakat Timur Tengah seperti Mesir.

Sungai Nil yang membelah kota Kairo, Mesir.
Foto: Republika/Rusdi Nurdiansyah
Sungai Nil yang membelah kota Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Bukti kuatnya pengaruh serbat dalam kehidupan masyarakat Timur Tengah dibuktikan dengan tulisan Edward W Lane pada 1836. Buku bertajuk Manners and Customs of the Modern Egyptians, menjelaskan panjang lebar tentang sharaab Mesir. Bagi orang Mesir, serbat atau sharaab dikenal sebagai sejenis minuman manis.

Mereka biasanya membuatnya dari campuran gula dan air hingga menghasilkan rasa sangat manis. Jenis kedua terbuat dari campuran air dan jeruk limau. Selanjutnya terdapat serbat dari ekstrak bunga violet. Tumbukan bunga tadi direbus bersama gula hingga menghasilkan warna hijau yang cantik.

Jenis serbat andalan Mesir lainnya dibuat dari buah mulberry yang berwarna cokelat kemerahan. Serbat ini dibuat dari akar liquorice. Jenis lainnya terbuat dari pucuk tanaman buah yang diekstrak. Berbagai jenis serbat ini juga dijual bebas di jalanjalan Mesir.

Penyajian serbat di Mesir berbeda dengan Turki. Serbat biasanya disajikan dalam gelas kaca berwarna, umumnya disebut kullehs. Serbat Mesir kuantitasnya setara dengan sekitar tiga perempat gelas bir. Cangkir kullehs selalu ditempatkan pada nampan bulat dan ditutupi dengan sepotong sutra bordir atau kain emas.

Lane juga mengamati penyajian sharaab di momen istimewa. Biasanya disajikan untuk berbuka puasa pada bulan Ramadhan. Secara umum, dia melihat selama Ramadhan, di rumah-rumah kalangan elite dan menengah tersedia gelas kullehs. Sajian ini khusus bagi para tamu yang datang menjelang waktu berbuka puasa.

Profesor bahasa Persia dan penulis buku masak, MR Ghanoonparvar, juga mencatat serbat ditemui di Iran. Di negeri 1001 Malam ini, serbat biasanya disajikan di pesta-pesta, terutama di musim panas, dan sering disajikan di event khusus.

Serbat khas Iran seringkali dibuat dari bunga dan buah aromatik. Pusatnya sebagian besar di kota Shiraz. Dari sana, produks serbat dikirim ke negara bagian yang lain. Novel Savushun yang ditulis pujangga wanita Iran, Simin Daneshvar, menceritakan eksotika pembuatan serbat.

Disebutnya, proses penyulingan sebagai pintu-pintu menuju surga kebahagiaan. Bertemu dengan aroma wangi dalam gundukan bunga dan tumbuh-tumbuhan serba jingga dari setiap musim. Bahkan, bunga dan tumbuh-tumbuhan tadi bisa membuat peminumnya bahagia.

Serbat selalu hadir ketika masyarakat Iran merayakan hari-hari istimewa. Mereka biasanya membuat serbat dari campuran daun mint, gula, cuka, dan buah segar yang disebut sekanjebin. Daun mint diyakini memiliki kekuatan restoratif yang besar. Karena itu, keluarga Iran acap kali menambahkan ramuan serbat ke dalam ramuan obat pasien di rumah sakit untuk mempercepat pemulihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement