Selasa 14 May 2019 08:21 WIB

Mengenal Dinasti Annazid di Kirkuk

Abu Fatah Muhammad bin Annaz adalah pendiri dinasti Annazid yang berpusat di Hulwan.

Irak
Irak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --   Dinasti Annazid yang menguasai Daquqa merupakan sebuah kekaisaran yang terletak di perbatasan antara Irak dan Iran. Kerajaan itu merupakan perwujudan periode ‘antara Arab dan Turki’. Kehidupan masyarakat dinasti ini tergolong seminomadik.

Mereka hidup di dalam tenda-tenda, namun mendirikan benteng sebagai pelindung. Karakteristik bangsa Annaz adalah fleksibilitas. Bisa jadi, hari ini berkembang, kemudian menyusut. Eksistensi beberapa rival keluarga Annaz berkontribusi lebih atas ketidakjelasan teritorial mereka.

Abu Fatah Muhammad bin Annaz adalah pendiri dinasti yang berpusat di Hulwan. Ia memerintah Dinasti Annazid selama 20 tahun dan menaklukkan pemerintahan Baha al-Daula. Ia menaklukkan Daquqa pada tahun 997 M dari bangsa Uqayl. Pada 1002 M, ia bergabung dengan panglima Hajjad bin Hurmuz untuk menaklukkan Bani Mazyad.

Ia juga menaklukkan Raja Khanaqin, Zahman bin Hendi. Abu Fatah juga sempat terlibat dalam pertempuran sengit melawan Hasanwayhid dari bangsa Kurdi, yang masih sedarah dengannya. Hasanwayhid mengerahkan 10 ribu bala tentaranya sehingga Abu Fatah pun mengaku kalah.

 

Setelah Abu Fatah meninggal, kepemimpinan Dinasti Annazid dilanjutkan oleh putranya, Husam al-Din Abu Shawk. Selama 36 tahun kepemimpinannya, keadaan dinasti diwarnai konflik eksternal, terlebih lagi saudaranya, Muhalhil bin Muhammad, mendirikan otonomi sendiri di Syahrazur.

Di tangan Husam, dinasti ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kekuasaannya meliputi Hilla hingga wilayah bagian barat Iran. Ia meresmikan kekuasaannya dengan menyerang Perdana Menteri Dinasti Buwaih, Fakhr al- Mulk. Tetapi, ia terpaksa mundur ke Hulwan hingga rekonsiliasi tercapai.

Pada 1029, ia merencanakan penaklukan Syam al-Daula dan menghentikan Dinasti Seljuk setelah menguasai Hamadan dan menyerang Dinawar serta Asadabad. Pada tahun itu pula, Husam merebut Daquqa. Pada 1038, ia menaklukkan Kermansyah. Anaknya, Abu Fatah Abu Shawk, mencoba merebut teritorial yang dikuasai Muhalil. Akan tetapi, ia dikalahkan dan ditangkap. Muhalil memperoleh bantuan dari Raja Hamadan Ala Daula bin Kakuya.

Mereka merebut kembali Dinawar dan Kermansyah. Hubungan antara Muhalil dan Abu Shawk membaik setelah intervensi Jalal al-Daula. Namun, Muhalil menolak melepaskan Abu Fatah bin Shawk sehingga suhu politik dan kete gangan kembali meningkat di wilayah itu.

Pada 1945, Sultan Seljuk Toghrul Beg berusaha merebut wilayah Annazid. Selama perang, Gubernur Kurdi Hamadan melarikan diri dan Abu Shawk mundur dari Dinawar ke Kermansyah dan kemu dian ke benteng Sirwan. Ia menghembuskan napas terakhirnya di Sirwan. Setelah itu, Dinasti Annazid dikuasai oleh Muhalil.

Perselisihan antara pegawai pemerintah Annazid dan pemerintahan Muhalil terus berlanjut, terutama ketika Said bin Abu Shawk memihak kepada Yenal—saudara tiri Toghrul Beg. Yenal merebut Hulwan pada 1046 atas nama Hasanwayhid. Setelah empat tahun merajut rekon siliasi antara Annazid dan Seljuk, Muhalil akhirnya bertemu dengan Toghrul Beg pada 1050. Muhalil mengklaim bahwa Sirwan, Daquqa, Sharazur, dan Samagan adalah wilayah kekuasaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement