Rabu 08 May 2019 15:15 WIB

Kontribusi Kaligrafer Perempuan

Kaligrafer perempuan berikan kontribusi besar bagi perkembangan kaligrafis.

Ilustrasi Perempuan Salehah
Foto: Pixabay
Ilustrasi Perempuan Salehah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Arab asal Damaskus, Salah al-Din al-Munajjid, menyimpulkan bahwa kaum hawa tak hanya menjadi pelengkap dalam dunia kaligrafi yang di kuasai laki-laki, tapi mereka juga memberi kontribusi sangat besar ke pada seni itu. Banyak Muslimah memperoleh posisi yang tinggi dalam khazanah kaligrafi, beberapa di antaranya adalah ilmuwan, sastrawan, dan penyair.

Fatimah binti al-Aqra (wafat 1087 M), putri dari Hasan al-Aqra, memanfaatkan gaya penulisan mansub yang dikembangkan kaligrafer Ibn al-Baw wab. Kebetulan guru kaligrafi Fatimah adalah murid dari sang maestro. Adaptasi gaya mansub oleh Fatimah ini kemudian banyak ditiru berbagai kali grafer lainnya.

Fatimah bekerja pada Muhamad ibn Mansur al-Kundari, penasihat Tughril Beg yang menjadi penguasa Dinasti Seljuk. Keindahan tulisan ta ngan Fatimah sangat dihargai. Dia mendapat hadiah dari al- Kundari berupa uang 1.000 dinar setelah menuliskan sebuah surat.

Dia juga pernah diminta Khalifah al-Muqtadir dari Dinasti Abbasiyah (wafat 932 M) untuk menuliskan naskah perjanjian damai antara Abbasiyah dan Bizantium. Ulama dan sejarawan Ibn al- Jawzi sangat mengagumi hasil gores an tangan Fatimah. “Tulisannya sangat-sangat indah. Dia biasa menulis dengan gaya Ibn al-Bawwab. Banyak orang belajar menulis padanya,” tulis Ibn Jawzi.

Perempuan ahli kaligrafi juga terlibat dalam upaya penyalinan untuk memperbanyak kitab suci, buku agama, sains, dan antologi syair. Kala itu, belum ada mesin cetak sehingga buku diperbanyak de ngan cara disalin. Kerja inte lek tual mereka tak hanya berda sarkan keilmuan, tapi juga dihiasi keindahan.

Ada nama Fatimah lainnya yang dikenal sebagai Binti Quraymazan (wafat 1558 M), seorang hafiz yang telah menyalin ulang banyak sekali buku. Dia adalah akademisi yang menjadi kepala sekolah kaum sufi Adiliyah Khanqah di Aleppo. Sayyidah al- Abdariyah (wafat 1249) dari Granada, Spanyol, menuliskan kembali kitab-kitab karangan Imam Ghazali. Ada lagi Shuhdah binti al-Ubri, seorang pe ngumpul hadis yang sangat di segani di Irak. Aisyah dari Kordoba adalah penyair dan sastrawan yang ahli menyalin Alquran, tentu dengan tulisan yang dipercantik.

Upaya penulisan kitab suci Alquran dengan huruf-huruf cantik telah dilakukan oleh para perempuan di seluruh dunia Islam dari Spanyol sampai India. Mereka bahkan berkompetisi dalam penyalinan Alquran dengan tulisan berseni. Sejarawan menyebut bahwa di sudut timur Kota Kordoba saja ada 170 perempuan penyalin Alquran dalam tulisan kufi.

Mereka bekerja siang malam menyalin kitab suci diterangi cahaya lilin yang terlihat sampai jarak tiga farsakh (16,5 kilometer). Mungkin benar kata Imam Ali Ibn Abi Thalib, “Tulisan yang indah membuat kebenaran semakin jelas.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement