Senin 22 Apr 2019 23:22 WIB

Detik-detik Ashabul Kahfi Diburu Penguasa Musyrik (2-Habis)

Enam orang plus seorang pengembala itu akhirnya bersembunyi dalam gua

(Ilustrasi) para pemuda yang beriman akhirnya diberi ilham oleh Allah untuk bersembunyi di dalam gua
Foto: Republika/Mardiah
(Ilustrasi) para pemuda yang beriman akhirnya diberi ilham oleh Allah untuk bersembunyi di dalam gua

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di ujung terowongan panjang itu, keenam pemuda ini sampai di sebuah pintu dekat gerbang kota Ephesus. Sebelum tiba pada momen ini, mereka telah menerima siksa dan ancaman penguasa yang lalim lagi musyrik, gubernur Daqyanus.

Kini, apa yang akan mereka lakukan di tepi kota? Saat itu, malam gelap-gulita. Mereka pun sesungguhnya tidak tahu harus berbuat apa. Tanpa disangka, mereka kemudian berpapasan dengan seorang pengembala kambing yang juga beriman tauhid.

Baca Juga

Antonius—demikian namanya—sedang didampingi seekor anjing peliharaannya yang selalu mengikuti ke mana pun tuannya pergi. Banyak riwayat menamakan anjing itu Qitmir.

Dalam keadaan yang tak menentu, ketujuh pemuda itu saling bertukar pikiran. Tiba-tiba datanglah ilham dari Allah SWT. Alquran surah al-Kahf ayat ke-16 mengabadikan momen tersebut: “Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.”

Berangkatlah mereka ke arah Gunung Naikhayus untuk menemukan gua tempat berlindung. Sesampainya di sana, tujuh pemuda itu mengangkat tangan untuk berdoa. Allah SWT mengajarkan kepada Nabi SAW dan umat Islam tentang doa tersebut,

(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa, ‘Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)’” (Alquran surah al-Kahf ayat ke-10).

Kekuasaan Allah SWT terjadi begitu mereka berada di dalam gua. “Maka, Kami tutup telinga mereka di dalam gua sekian tahun yang terhitung” (al-Kahfi, ayat ke-11).

Artinya, Allah SWT membuat mereka tertidur lelap, tidak sadarkan diri di tempat itu selama “sekian tahun yang terhitung.” Ayat selanjutnya, al-Kahfi ayat ke-12, “Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).”

Menurut M Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, ayat ke-12 tersebut bagaikan berkata, “[…] Kemudian, setelah tiba waktu yang Kami tetapkan, Kami bangunkan mereka dari tidur yang lelap itu agar Kami mengetahui dalam kenyataan setelah Kami mengetahuinya dalam ilmu Kami yang gaib, siapa yang tidak mengetahui sehingga bertanya manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat lagi teliti dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal dalam gua itu.”

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement