Jumat 19 Apr 2019 16:36 WIB

Mengenal Sang Penerus Syekh Ahmad Deedat

Ketertarikan Zakir kepada dunia dakwah tak bisa lepas dari sosok Syekh Ahmad Deedat.

Ulama asal India Zakir Naik memberi sambutan saat jamuan makan malam di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat.
Foto: ANTARA
Ulama asal India Zakir Naik memberi sambutan saat jamuan makan malam di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelan jas kasual lengkap dengan dasi menjadi ciri khas Dr Zakir Abdul Karim Naik saat menyampaikan dakwah. Tak lupa, dengan sepotong kopiah putih yang selalu bertengger di kepalanya juga sepatu pantofel hitam di sepasang kakinya.

Pakaian itu pula yang digunakan dokter kelahiran India ini untuk menerima King Faisal International Prize (KFIP) dari Pemerintah Arab Saudi pada Ahad, 1 Maret 2015 lalu. KFIP merupakan penghargaan terhadap karya-karya luar biasa individu dan lembaga dalam kategori dakwah Islam, Studi Islam, Bahasa dan Sastra Arab, Kedokteran, hingga ilmu pengetahuan.

Zakir Naik mendapat penghargaan yang diberikan langsung Raja Salman bin Abdul Azis ini karena komitmennya terhadap dakwah. Dalam sambutannya, Zakir  menyempatkan diri untuk berterima kasih kepada sosok Syekh Ahmad Deedat. Seorang orator kelahiran India yang juga dikenal sangat mahir berdebat dan beradu argumen tentang agama.

Keahlian Ahmad Deedat terhadap kristologi memikat hati Zakir Naik muda. "Orang yang mengubah pilihan hidup saya adalah Syekh Ahmad Deedat. Dia mengubah saya dari dokter tubuh menjadi dokter jiwa," ujar pria kelahiran Mumbai ini.

 

Zakir Naik lahir pada 18 Oktober 1965 di Mumbai (Bombay pada waktu itu), India. Zakir merupakan keturunan Konkani. Ia bersekolah di St Peter's High School (ICSE) di Kota Mumbai. Kemudian, bergabung dengan Kishinchand Chellaram College. Minatnya yang besar kepada dunia kedokteran membuat Naik mempelajari kesehatan di Topiwala National Medical College and Nair Hospital di Mumbai.

Ia kemudian menerima gelar MBBS-nya di University of Mumbai. "Saya bermimpi menjadi dokter bedah, tapi tak pernah bermimpi, bahkan dalam mimpi terliar saya untuk bicara ke hadapan 25 orang," ujar dia dalam salah satu pidatonya.

Ketakutan Naik kepada orang bukan tanpa alasan. Zakir kecil sempat menderita gagap saat berbicara. "Kalau Anda bertanya siapa nama saya, saya jawab Za za za za za kir," kata dia. Sampai pada satu waktu, Naik harus menggantikan temannya yang berhalangan hadir untuk berorasi di sebuah organisasi. Dia dipaksa untuk naik ke panggung dan menyampaikan pidato. Dari situ, Naik pun terus menerus belajar menghilangkan gagapnya hingga menjadi lancar berbicara sampai sekarang.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement