Rabu 17 Apr 2019 12:24 WIB

Al-Shirazi tak Pernah Mengenyam Pendidikan Dasar Musik

Al-Shirazi justru tumbuh di tengah keluarga yang berlatar pendidikan dokter.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski dikenal sebagai pencetus notasi, nyatanya al-Shirazi tidak mengenyam pendidikan dasar bermusik. Cendekiawan yang lahir di Shiraz, Iran, ini tumbuh di tengah keluarga yang berlatar pendidikan medis.

Sang ayah yang bernama Zia al-Din Masfud Kazeruni sangat masyhur sebagai seorang ahli fisika dan dokter, sekaligus seorang pemimpin sufi Kazeruni. Dia dikenal sebagai dokter mata di Rumah Sakit Muzaffar.

Baca Juga

Al-Shirazi mengenyam pendidikan teologi, kedokteran, dan sufisme. Sepeninggal ayahnya, dia mulai berkarier di rumah sakit di mana sebelumnya ayahnya bekerja. Ia sudah merintisnya sejak berumur 14 tahun. Untuk memperdalam kemampuannya di bidang kedokteran, Ia berguru pada sejumlah dokter senior.

Misalnya, Kamal al-Din Abul Khayr, Sharaf al-Din Bushkani Zaki, dan Shams Al-Din Mohammad Kishi. Ketiganya merupakan dokter yang menguasai buku Canon of Medicine karya ilmuwan Muslim legendaris, Ibnu Sina. Al-Shirazi kerap berdiskusi dengan gurunya untuk membahas berbagai kesulitan yang dihadapinya dalam belajar.

Sebagai seorang ilmuwan, Shirazi pun berhasil menguasai buku Canon of Medicine dan memberi komentar atas karya Ibnu Sina yang dikenal sebagai dokter agung itu. Ia terinspirasi untuk memberi komentar terhadap hasil karya Ibnu Sina itu setelah membaca komentar Fakhr al-Din Razi pada Canon of Medicine.

Satu dekade kemudian, dia pindah ke Maragha untuk bergabung dengan kelompok studi Nasiruddin al-Tusi. Al-Tusi dikenal sebagai pakar astronomi dan mendirkan observatorium di Maragha. Al-Shirasi meninggalkan Shiraz pada 1260 dan tiba di Maragha sekitar 1262. Selain belajar, ia memutuskan bekerja di observatorium al-Tusi.

Saat bekerja di observatorium, ia juga memperdalam astronomi. Salah satu proyek ilmiah penting yang turut diselesaikannya bersama al-Tusi adalah pembuatan tabel astronomi baru dalam buku Astronomi Zij. Pada surat wasiatnya, al-Tusi memberi nasihat kepada putranya, Sil-a-Din, untuk bekerja dengan Shirazi dalam menyelesaikan Tabel Zij.

Dari Maragha, ia meneruskan perjalanan ke Khurasan untuk belajar kepada Najm al-Din Katebi Qazvini, di Kota Jovayn. Ia pun menjadi asisten sang guru. Beberapa saat setelah 1268, ia bepergian ke Qazvin, Isfahan, Baghdad, untuk menimba dan menyebarkan ilmu di Madrasah Nizamiyah. Kemudian di tiba di Konya, Anatolia. Ia bertemu dengan Maulana Jalaluddin Rumi.

Pertemuan berlangsung pada pertengahan 1271 di Konya, Turki. Ia sempat pula menjadi hakim Malatya. Dengan ilmunya yang luas, ia sempat mengajar di sebuah madrasah di sana. Dan, ia menghabiskan akhir masa hidupnya di Tabriz.

Sejarawan Ibrahim Kafesoglu mengelompokkan al-Shirazi sebagai filsuf dan ahli astronomi terkemuka. Tak hanya itu, al-Shirazi disebut sebagai ilmuwan hebat dan negarawan di masa Pemerintahan Seljuk. Kendalannya terlihat dari buku-buku yang ditulisnya. Salah satunya terkait dengan teori bermusik dan seni pertunjukan. Ahli sejarah lainnya, Osman Turan menegaskan jika karakteristik para ilmuwan tak lepas dari musik, termasuk pada diri al-Shirazi.

Selain berprofesi sebagai hakim, al-Shirazi masyhur di bidang filsafat, astronomi, dan geografi. Di samping itu, dia mahir bermain catur dan rebab. Lebih jauh, ia dengan baik menyampaikan materi al-Qanun karya Ibnu Sina.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement