Senin 15 Apr 2019 11:21 WIB

Mengaji di Langgar

Langgar menjadi awal pengajaran Alquran di Jawa

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
 Masjid Langgar Tinggi, Pekojan, Jakarta Utara.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Masjid Langgar Tinggi, Pekojan, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Langgar menjadi awal pengajaran Alquran di Jawa. Selain mengaji di langgar, masyarakat pesisir utara juga mempelajari Alquran melalui pesantren. Tradisi mengaji ala pesantren lebih bersifat kedekatan dan kekeluargaan. Sifatnya lebih fleksibel dan tidak terlalu formal. Dalam buku ini, penulis banyak mengungkapkan tradisi pengajaran Alquran di pesantren.

Transformasi tradisi mengaji Alquran Buku Tradisi Alquran di Pesisir menelusuri terjadinya proses tansmisi dan transformasi tradisi Alquran di Gresik dan Lamongan yang berkembang pesat sejak abad ke 18-19. Perkembangan itu seiring dengan lahirnya pesantren-pesantren penting, khususnya Pesantren Sampurnan (sekarang dinamakan Qamaruddin) pada 1775 M dan Pesantren Kranji yang berdiri pada 1898 M.

Baca Juga

Kedua pesantren tersebut menjadi barometer peradab an Islam di pesisir. Hal ini bisa dilihat dari fakta sejarah mengenai kip rah dan peran sentral ulama yang lahir dari dari kedua pesantren tersebut dalam perkembangan Islam di Gresik dan Lamongan.

Dalam perkembangannya, Alquran tidak hanya menjadi kitab suci yang dipelajari dan dibaca, tetapi juga berhasil menciptakan masyarakat Alquran di pesisir utara. Masyarakat ini menyertakan Alquran dalam kehidupan sehari-hari dan membuat Alquran sesuatu yang hidup, kata Muhammad Barir.

Selanjutnya, masyarakat pesisir banyak yang mengekspresikan Alquran melalui ekspresi kelembagaan, artefak, seni, karya tulis, dan ritual. Ekspresi-ekspresi itulah yang ditangkap penulis dalam buku ini. Hinggga kini, Gresik dan Lamongan ken tal dengan suasana Islami. Hal itu tak lepas dari peran pesantren dan langgar sebagai tempat belajar mengaji masyarakat pesisir. Susana Islami itu kemudian mempengaruhi perilaku masyarakat muslim di pesisir Gresik dan Lamongan.

Kajian tentang Alquran dan tafsirnya memang sudah banyak dilakukan oleh para paneliti. Namun, kajian tentang bagaimana Alquran begitu mudah dipelajari oleh masyarakat pesisir baru kali ini dilakukan melalui buku ini. Pakar studi Alquran Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Rafiq, mengatakan, buku ini menyajikan dinamika tradisi dan pembentukan tradisi Alquran dalam ruang khas pesisir Jawa secara detail dan menarik.

Tradisi Alquran yang tersaji merepresentasikan dinamika pemaknaan, penggunaan praktis, serta kontestasi kepentingan di antara orang-orang yang terlibat dalam tradisi tersebut. Buku ini dapat mengantarkan para pembaca untuk memahami sisi lokalitas dalam tradisi belajar Alquran di nusantara, khususnya di pesisir Jawa, kata Rafiq.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement