Selasa 09 Apr 2019 12:22 WIB

Tiga Momen Keberanian Umar Bin Khaththab (1)

Umar bin Khaththab merupakan sosok sahabat Nabi SAW yang keras dan pemberani

(ilustrasi) Khalifah Umar
Foto: tangkapan layar wikipedia
(ilustrasi) Khalifah Umar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umar bin Khaththab merupakan sahabat Nabi SAW termasuk paling utama. Sebelum memeluk Islam, dialah yang terdepan menentang dakwah Rasulullah SAW. Bahkan, semasa menjadi musyrik, dia tak segan-segan menyiksa orang-orang yang teguh dalam keimanan.

Umar bin Khaththab berasal dari kabilah Quraisy. Sebenarnya, antara Umar dan Rasulullah Muhammad SAW tidak jauh silsilahnya. Keduanya bertemu pada Ka’ab bin Luai. Sebelum Nabi SAW menerima risalah Alquran dan menyebarkan ajaran Islam, sesungguhnya Umar menaruh respek terhadap sosok bergelar al-Amin itu.

Baca Juga

Namun, setelah Islam datang, Umar menilai agama tauhid ini memecah-belah persatuan orang-orang Arab. Saat itu, dia menilai paganisme menyatukan bangsa Arab dan akan selalu begitu. Umar sendiri termasuk yang gemar memuja-muja berhala di depan umum.

Suatu ketika, kegusarannya terhadap Islam sudah memuncak. Dia bertekad untuk membunuh Nabi SAW. Umar tahu, Rasulullah SAW dan para pengikutnya biasanya berkumpul di sebuah rumah di balik Bukit Shafa.

 

Belum sampai ke tujuan, dia dicegat Nu’aim bin Abdullah. Tahulah Umar kawannya itu kini telah memeluk Islam. Ketika Umar sudah siap berduel, Nu’aim menyampaikan kepadanya kabar yang mengejutkan. Ternyata, adiknya sendiri—Fathimah binti Khaththab—telah menjadi Muslimah, bersama dengan suaminya.

Umar langsung meninggalkan Nu’aim dan bergegas ke rumah Fathimah. Kisah ini sudah masyhur. Dalam menghadapi kakaknya, Fathimah tidak gentar sedikit pun. Sekeras apa pun Umar membentaknya supaya meninggalkan Islam.

Melihat keteguhan hati Fathimah, Umar-lah yang justru berubah. Dia tersadar. Wajah adik kesayangannya itu kini terluka akibat tamparan tangannya sendiri. Dalam keadaan bingung, Umar lantas meminta mushaf Alquran yang tadi dibaca Fathimah.

Walau sempat menolaknya, akhirnya Fatimah memberikan lembaran ayat-ayat suci itu kepada kakaknya. Di sana, tercantum surah Thaha. Selesai membacanya, bibir Umar bergetar, “Wahai, alangkah mulianya kata-kata ini.”

Khabbab yang mendengar kata-kata Umar itu, terkenang doa Nabi SAW yang meminta kepada Allah SWT agar menguatkan Islam dengan Abu Jahal atau Umar bin Khaththab. Guru Fathimah dan suaminya itu, yang tadinya bersembunyi di dalam kamar begitu mengetahui kedatangan Umar, pun keluar.

“Wahai Umar, sungguh aku mendengar doa Rasulullah SAW menyebut namamu,” kata Khabbab.

Umar bin Khaththab pun beranjak dari rumah adiknya, untuk bergegas menemui Nabi SAW. Kali ini, niatnya bukanlah membunuh sosok mulia itu, melainkan demi berikrar syahadat, asyhaduan laa ilaaha illah Allah, wa asyhadu anna Muhammad rasuulullah.

Itulah momentum pertama dari keberanian Umar bin Khaththab pada masa awalnya sebagai Muslim. Keberanian untuk meninggalkan kemusyrikan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement