Jumat 05 Apr 2019 05:25 WIB

Ketika Kopi Terus Menjalar di Eropa

Pada 1671, kedai kopi pertama dibuka di Marseilles.

Kopi
Foto: Republika/Wihdan
Kopi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tak terbendung lagi, kopi terus menjalar di Eropa. Setelah Inggris dan Italia, negara-negara Eropa lainnya seperti terjangkit demam kopi. Mereka semua menyukai minuman berwarna hitam pekat ini.

Di Prancis, kopi diperkenalkan pada 1644, tepatnya ketika beberapa orang Prancis dari Marseilles pergi ke Konstantinopel. Saat kembali ke Prancis, mereka membawa oleh-oleh kopi lengkap dengan perangkat untuk meminumnya.

Baca Juga

Pada 1671, kedai kopi pertama dibuka di Marseilles. Tempat ini dipenuhi para pedagang Turki dan pedagang dari kawasan Mediterania timur yang ngopi sembari membicarakan urusan dagang. Keberhasilan kedai kopi ini mendorong munculnya kedai-kedai kopi lain di Marseilles dan kota-kota lain di Prancis.

Bagaimana dengan Jerman? Negeri ini pun tak luput dari demam itu. Sebuah sumber menyebut, Leonhard Rauwolf, seorang dokter dan ahli botani Jerman, mengaku pertama kali mencicipi kopi di Aleppo, Suriah, dan ia menyebutnya chaube. Inilah perkenalan pertama Jerman dengan kopi.

Sementara di Wina, Austria, penyebaran kopi dikaitkan dengan konflik tentara Austria dan Turki. Menyusul kekalahan tentara Turki akibat kepungan pasukan Austria pada tahun 1683, terseraklah ratusan karung biji kopi. Pasukan sukarelawan Eropa--di antaranya berasal dari Jerman dan Polandia--yang ikut terjun dalam peperangan diduga membawa pula karung-karung kopi itu ke negaranya.

Bangsa Belanda pun tak ketinggalan. Mereka berhasil membangun perkebunan kopi di Jawa. Diduga, Belanda mendapatkan bibit kopi dari komunitas Muslim Asia Tenggara, bisa juga dari India. Belanda kemudian menjadi distributor kopi ke Eropa. Mereka memberi Raja Louis XIV dari Prancis pohon kopi sebagai koleksi Paris Royal Botanical Gardens.

Di belahan bumi lainnya, pada 1727, Pemerintah Brasil berinisiatif menurunkan harga  kopi di pasaran. Ini karena kopi masih dijual dengan harga tinggi dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan elite.

Upaya Pemerintah Brasil untuk menurunkan harga kopi sangat unik. Mereka mengirim agen khusus, Letnan Kolonel Francisco de Melo Palheta, untuk menyelinap masuk ke Prancis dan membawa pulang beberapa bibit kopi. Namun, itu tak mudah, sebab perkebunan kopi di Prancis dijaga sangat ketat.

Tak putus asa, Palheta kemudian mencari cara lain, yakni mendekati istri gubernur. Hasil dari pendekatan itu, sang istri gubernur menghadiahinya sebuah buket berisi banyak bunga kopi yang diberikan seusai jamuan makan malam. Dari pucuk-pucuk bunga kopi inilah, Brasil dapat membudidayakan kopi dalam skala yang sangat besar. Alhasil, harga kopi di pasaran pun menjadi murah dan minuman ini bisa dikonsumsi semua orang. Tak hanya kaum elite, rakyat jelata pun bisa menikmatinya.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement