Rabu 27 Mar 2019 16:46 WIB

Maroko dan Cordoba Pusat Industri Kulit Abad Pertengahan

Industri kulit menjadi sumber pendapatan bagi kota-kota Islam.

Masjid Cordoba di Spanyol.
Foto: EPA/KHALED ELFIQI
Masjid Cordoba di Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Industri kulit menjadi sumber pendapatan bagi kota-kota Islam. Pada abad ke-13 M, pajak yang ditarik dari industri penyamakan kulit di kota Aleppo tercatat melebihi jumlah total pajak dari industri-industri yang lain.

Menurut Ahmad Y al-Hassan dan Donarld R Hill dalam bukunya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated., dunia Islam di era kejayaannya telah mampu memproduksi aneka produk dari kulot seperti; garmen, sandal, sepatu dan boot, tas, kantung, wadah air, emper, saringan, instrumen musik serta banyak lagi.

Baca Juga

Al-Hassan mengungkapkan, sebagian besar keahlian dan keterampilan membuat produk-produk kulit itu telah diklasifikasikan  dalam manual para muhtasib yang mengontrol mutunya. 

Dalam kitab Ma'alim Al-Qurba (Tugas Muhtasib), dicontohkan, seorang muhtasib bertugas untuk memberi instruksi serta  mengontrol kualitas alas kaki, dan spesifikasinya. Bahan kulit yang digunakan pun dipilih secara ketat, yakni kulit yang telah disamak dengan baik.

"Mereka akan memberi peringatan bila penyamakan kulit dilakukan secara tak sempurna.  Selain itu, muhtasib juga akan menetapkan kualitas  dan jenis  benang hingga jarum yang akan dipakai,'' papar  al-Hassan dan Hill.

Tak heran, jika kulitas aneka produk kulib buatan peradaban Islam dikenal sangat berkualitas. Itu karena pembuatannya dilakukan secara profesional. Menurut al-Hassan, salah satu produk penyamakan Arab yang paling terkenal adalah selempang kulit dari Cordoba, Andalusia.

Menurut al-Hassan, popularitas  selempang dari Cordoba sangat dikagumi dan dikenal di seluruh benua Eropa. Selempang itu  sudah mulai diproduksi sejak abad ke-5 H atau ke-11 M. Pengrajin kulit Muslim menggunakan kulit mouflon sebagai bahan dasarnya.

Al-Hassan dan Hill mengungkapkan,  mouflon adalah  kulit sejenis domba berbulu dengan tanduk seperti biri-biri dan kulit seperti rusa jantan --  kini hidup di Korsika dan Sardinia. Menurutnya, orang-orang Spanyol menggunakan prosedur yang berbeda untuk membuat barang-barang kulit.

Ada yang memproses penyamakan nabati dengan menggunakan sumac dan ada pula  penyamakan mineral menggunakan tawas.  Saat itu, produk kulit  yang sangat berharga berwarna merah tua. Prosesnya didapat dari penyamakan dengan tawas, kemudian menyelupnya dengan bahan yang berasal dari  genus Kermes.

Selain itu, industri alas kaki seperti sepatu dan sandal juga merupakan industri termasyhur saat itu. Misalnya dari Kordoba, teknik-teknik khusus yang mencakup penyamakan mineral, penyamakan dengan sumac atau kombinasi keduanya, dan proses akhir menggunakan minyak. Industri itu kemudian menyebar ke Maroko.

Dari kedua kota Islam itu, rahasia kerajinan kulit itu mulai tekuak dan menyebar hingga Eropa. "Tatahan 'cordovan' dan 'morocco' yang digunakan pada sebagian barang kulit Eropa menyimbolkan alih teknologi itu. Teknik itu masih tetap dipakai hingga abad ke-19," kata al-Hassan dan Hill.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement