REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam Alquran, terdapat ayat-ayat yang bersifat umum sehingga memerlukan penjelasan lebih detail dan terperinci mengenai makna dan maksudnya.
Dengan keterbatasan ilmu pengetahuan, perbedaan latar belakang pendidikan, dan semakin luasnya wilayah kekuasaaan Islam, tak semua umat Islam mampu memahami dan memaknai maksud dari tujuan ayat tersebut. Karena itulah, dibutuhkan satu cabang ilmu pengetahuan yang mampu menjelaskan itu semua.
Disinilah peran tafsir sebagai sebuah alat ukur untuk memahami ayat Alquran sehingga mudah diamalkan umat manusia. Dan, maksud ini seusai dengan perintah Allah yang termaktub dalam Alquran bahwa sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan (QS Albaqarah ayat 185).
Dari segi bahasa, tafsir berarti al-iddlahu (menerangkan) dan at-tabyin (menjelaskan). Sedangkan, dari istilah, az-Zarkasyi dalam kitabnya Al-Burhan menjelaskan bahwa tafsir itu menerangkan makna-makna Alquran dan mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.
Sementara itu, Al-Jurjani menjelaskan, tafsir pada istilah suara adalah menjelaskan maknanya, kisahnya, dan sebab diturunkannya dengan lafaz menunjukkan kepadanya secara terang.
Al-Kibly dalam At-Tashiel menjelaskan bahwa tafsir adalah mensyarahkan Alquran, menerangkan maknanya, dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nash-nya atau isyaratnya atau dengan rahasianya yang dalam.
Dari pengertian di atas, sesunguhnya tujuan utama dari mempelajari tafsir adalah memahami makna-makna Alquran, hukum-hukumnya, hikmah-hikmahnya, ajaran akhlaknya, dan petunjuk-petunjuknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Munculnya ilmu tentang tafsir ini dimulai sejak periode Rasulullah SAW. Dan, beliau adalah penafsir pertama dan paling utama dalam menerangkan maksud dan tujuan ayat-ayat Alquran.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
