Selasa 26 Mar 2019 17:34 WIB

Ketika Peradaban Menyiasati Wilayah-Wilayah Gersang

Salah satunya merancang terowongan bawah tanah yang dapat membawa air.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Irigasi
Irigasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sekitar 10 ribu tahun silam, saat manusia pertama kali menemukan cara bertahan hidup dengan berkebun dan berladang, masalah terbesar yang mereka hadapi adalah kondisi tanah yang kering dan curah hujan yang terbatas. Masalah lain adalah tidak adanya akses untuk mendapatkan air bagi ladang dan perkebunan mereka.

Di beberapa negara, seperti Mesir, hujan musiman yang membanjiri sungai dan lahanlahan pertanian di sepanjang Sungai Nil terjadi selama ribuan tahun. Dari sanalah, awal mula munculnya para insinyur penggagas sistem kanal, saluran, dan cekungan rumit untuk mengatur dan menghemat air. Sistem ini berlangsung sukses di wilayah dengan debit air tinggi, seperti lahan pertanian Mesopotamia di sepanjang Sungai Tigris dan Eufrat.

Baca Juga

Namun, di wilayah kering dan tandus, sistem kanal, saluran dan cekungan air ini menghadap masalah yang sama, penguapan. Matahari yang terik, menghabiskan air permu kaan dengan sangat cepat, tanpa menyisakan setetes pun.

Kondisi air yang langka, memaksa para insinyur memutar otak untuk menyiasati persoalan wilayah-wilayah gersang. Salah satunya, merancang terowongan bawah tanah yang dapat membawa air tanpa harus takut menguap karena paparan sinar matahari.

Sejak diterapkan 30 abad silam, terowongan yang mengandalkan sistem gravitasi untuk memindahkan air dari sumbernya ke tanah-tanah yang kering ini, menjadi peno pang pasokan air bersih bagi kelangsungan hidup manusia. Saluran ini pada dasarnya memiliki fungsi yang sama, yaitu menyalur kan air dari mata air, sungai, dan danau ke dataran rendah yang gersang.

Peneliti geografi dan sistem awal air, Dale Lightfoot dari Oklahoma State University menjelaskan, dari sinilah pengetahuan mengenai sistem irigasi menyebar ke timur dan barat, yang saat ini adalah wilayah dari sekitar 35 negara.

Meski begitu, hingga kini tidak ada kepastian di mana terowongan air pertama berada. Para peneliti hanya berspekulasi bahwa para penggali terowongan ini bisa saja berasal dari dataran tinggi Armenia atau Pegunungan Oman yang saat ini disebut Kurdistan, Iran, Irak, dan Turki.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement