Selasa 26 Feb 2019 16:08 WIB

Mengenal Makkah dan Madinah Sebagai Kota Intelektual

Haramain berperan penting sebagai pusat persebaran gagasan reformasi Islam.

Suasana di Museum Dar Al Madinah, Sabtu (15/9). Museum tersebut menampilkan banyak miniatur terkait sejarah awal Islam, juga benda-benda yang digunakan dalam keseharian pada masa Rasulullah.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Suasana di Museum Dar Al Madinah, Sabtu (15/9). Museum tersebut menampilkan banyak miniatur terkait sejarah awal Islam, juga benda-benda yang digunakan dalam keseharian pada masa Rasulullah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makkah merupakan kota kelahiran Nabi Muhammad SAW. Di sini pula lokasi Ka’bah, Masjidil Haram, yakni salah satu kawasan suci bagi umat Islam.

Makkah sudah dikenal sebagai salah satu kota penting dunia, setidaknya sejak abad pertama Masehi. Astronom Yunani Ptolemy (lahir 100 Masehi) menamakannya Macoraba.

Baca Juga

Sejak berkuasa pada abad kelima, suku Quraisy tidak membiarkan Makkah dalam genggaman politik Romawi Timur maupun Persia. Quraisy memilih bersikap netral di tengah konflik dua imperium besar tersebut.

Dalam istilah sejarawan Henri Lammens (meninggal 1937), Makkah dalam masa klasik menjadi “republik para pedagang.” Artinya, aktivitas ekonomi tampak lebih menonjol ketimbang dinamika politik. Karakteristik-terbuka kota ini tetap bertahan, menghindari benturan-benturan politik yang dapat mematikan denyut perniagaan global di sana.

Dengan sendirinya, Makkah menjadi kota kosmopolitan. Daya tarik utamanya adalah Ka’bah, tempat orang-orang yang datang dari segala penjuru dunia untuk berthawaf. Mereka datang dari aneka suku bangsa dan bahasa menuju titik yang sama.

Ritual thawaf memang sudah ada sejak pra-Islam. Pada masa Islam dan sesudah wafatnya Rasulullah SAW, Makkah kian ramai. Di antara para peziarah adalah mereka yang sengaja datang untuk menuntut ilmu.

Sepanjang abad kedelapan Masehi, sarjana-sarjana dunia menyambangi Makkah untuk menghimpun ajaran Nabi SAW sehingga memunculkan studi hadits.

Dalam disertasinya untuk Columbia University (1992), Azyumardi Azra menyebutkan, Makkah dan Madinah (Haramain) memainkan peran penting sebagai pusat persebaran gagasan reformasi Islam sejak abad ke-17.

Banyak ulama, sufi, pemikir, filsuf, dan sejarawan yang saling bertukar informasi dan ilmu di sana, termasuk benih-benih pemikiran anti-kolonialisme. Gagasan reformasi itu sampai ke Nusantara berkat lalu lintas jamaah haji, terutama mereka yang menetap di Haramain sebelum kembali ke Tanah Air.

Bahkan, sejumlah ulama di Makkah merupakan kelahiran Nusantara. Di antaranya adalah Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, imam besar Masjidil Haram sekaligus ahli fiqih mazhab Syafii. Tokoh tersebut lahir di Sumatra Barat pada 1860. 

Azra lebih lanjut mengutip pendapat sejarawan Taqi al-Din al-Fasi al-Makki al-Maliki. Dia menjelaskan, madrasah pertama di Makkah adalah Madrasah al-Ursufiyyah yang dibangun pada 1175.

Pendirinya adalah ‘Afif Abdullah Muhammad al-Ursufi. Lokasi madrasah ini berada di selatan Masjidil Haram. Setahun sebelumnya, al-Ursufi juga membangun madrasah dengan konsep serupa di Kairo. Sampai akhir abad ke-16, ada sekitar 19 madrasah di seantero Makkah.

Geliat aktivitas intelektual juga bersemi di pusat peradaban Islam yang berdekatan, Madinah al-Munawarah. Ibnu Battutah menyambangi Madinah pada 1326.

Dia mencatat, aktivitas keilmuan berpusat di Masjid Nabawi. Para pelajar duduk melingkar dan membentuk majelis-majelis keilmuan.

Sejarawan al-Samhudi, demikian Azra, menyebut informasi, Sultan Bengal Ghiyath al-Din membangun sebuah madrasah di Madinah pada 1314. Dalam abad ke-14, setidaknya ada delapan madrasah di Madinah.

Pada era tersebut, jamak terjadi sultan-sultan dari India dan Turki menjadi filantropis atau patron pendanaan. Mereka membangun institusi-institusi pendidikan di Haramain. Demikian besar konsen mereka. Sebab, para ulama di Haramain merupakan rujukan, tempat bertanya dan meminta fatwa, bagi persoalan segenap kaum Muslim dari pelbagai penjuru.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement