Selasa 19 Mar 2019 13:19 WIB

Dua Jalur Masuknya Islam ke Negeri China

China menerima dakwah Islam melalui dua jalur itu, menurut guru besar sejarah ini.

Sejumlah umat Islam Cina saling bercengkrama di halaman Masjid Niujie di Beijing, Cina, Rabu (3/5).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Sejumlah umat Islam Cina saling bercengkrama di halaman Masjid Niujie di Beijing, Cina, Rabu (3/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTAA -- Kalangan sejarawan terus mengkaji awal mula dan perkembangan dakwah Islam di Cina. Seperti diketahui, Negeri Tirai Bambu merupakan negara yang cukup luas di Asia. Karena itu, mereka berperan penting dalam peta peradaban dunia.

Menurut Guru Besar Sejarah Islam dari Universitas Beijing Prof Kon Ghuang Zhi, masuknya Islam ke Cina melewati dua jalur, yaitu darat dan laut. Rute darat melalui jalan yang biasa disebut Jalur Sutera (Silk Road). Itu dimulai dari jazirah Arab, kemudian Persia, Afghanistan, hingga ke barat laut Cina.

Baca Juga

Sementara itu, jalur laut sejak dari Teluk Persia dan laut Arab, Teluk Benggala, Selat Malaka hingga pelabuhan-pelabuhan Cina seperti Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou, dan Yangzhou.

Hubungan Kekaisaran Cina dengan kekhalifahan Islam mengalami zaman terbaiknya pada abad ke-7 dan ke-8. Para khalifah Islam baik dari masa Khulafa al-Rasyidin maupun Daulah Bani Ummayah pernah mengirimkan 36 utusannya ke Cina dalam kurun 147 tahun (651-798).

 

Selain utusan resmi, banyak pedagang Muslim dari Arab dan Persia berdagang ke Cina yang kemudian menikah dengan wanita setempat dan keturunannya kemudian menjadi muslim.

Pada permulaan abad ke-13 banyak orang-orang Islam dari Asia Barat dan Asia Tengah yang menjadi tentara kerajaan Mongol pimpinan Jengis Khan. Mereka yang dikenal dengan sebutan bangsa Se Mu inilah yang kemudian membantu Jengis Khan mendirikan Dinasti Yuan (1206-1368) di Negeri Cina.

Pada masa kekuasaan Dinasti Yuan, bangsa Se Mu memiliki kedudukan sosial lebih tinggi dibandingkan bangsa Han, bangsa asli Cina. Banyak masjid dibangun pada masa dinasti ini dan Islam berkembang pesat di Cina. Pada masa itu, banyak petinggi negara yang beragama Islam seperti Sayidina Syamsuddin (1211-1279).

Salah seorang keturunannya dikenal sebagai Laksamana Zheng Ho, pelaut Muslim terkenal yang mengarungi lautan dunia sebelum Columbus, Vasco da Gama, dan Magelhans.

Ketika Dinasti Yuan runtuh dan digantikan Dinasti Ming (1368-1644) lewat pemberontakan yang dipimpin Zhu Yuangzhang, banyak prajurit Muslim mengambil peranan. Di antara mereka terdapat jenderal-jenderal Muslim yang terkenal seperti Chang Yuchun, Mu Ying, Hu Dahai, dan Lan Yu.

Setelah Kaisar Zhu berkuasa, para jenderal tersebut memperoleh anugerah menjadi gubernur di beberapa wilayah. Selain itu, kaisar memerintahkan untuk menerjemahkan berbagai buku Islam: sejarah, astronomi, dan hukum Islam dari bahasa Arab ke bahasa Cina. Ilmuwan Cina yang mendapat perintah ini adalah Ma Sa Yi Hei dengan dibantu beberapa orang lainnya.

sumber : Islam Digest Republika/Rif
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement