Sabtu 16 Mar 2019 22:50 WIB

Al-Zahrawi Penemu Teknik Perekat Tulang Lewat Gips

Al-Zahrawi bukan hanya dikenal sebagai ahli bedah.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak sedikit dari ilmu ke dokteran modern sekarang ini mengambil dari karya intelektual cendekiawan Muslim. Salah satunya Abu al-Zahrawi.

Ahli kedokteran kelahiran al-Zahra, Kordoba, Andalusia, itu menorehkan prestasi gemilang. Al-Zahrawi bukan hanya dikenal sebagai ahli bedah. Pada masanya, dia menemukan berbagai cara baru dalam dunia pengobatan.

Baca Juga

Ilmuwan yang hidup pada abad ke-10 Masehi ini merupakan anak seorang penguasa kedelapan dari Bani Umayyah di Andalusia yang bernama Abbas. Meski anak pejabat, al-Zahrawi dikenal sebagai pribadi yang saleh dan peduli kepada sesama. Kala berpraktik sebagai tabib, al-Zahrawi tidak memungut biaya sepeser pun.

Al-Zahrawi menemukan salah satu teknik pengobatan yang baru pada zaman itu. Dia membuat gips untuk penderita geser atau patah tulang. Penggunaan gips bertujuan agar tulang yang patah dan mengalami pergeseran bisa tersambung kembali seperti semula. Tulang itu digips atau dibalut semacam semen.

Dalam buku Histografi Islam Kontemporer karya cendekiawan Muslim Azyumardi Azra dijelaskan bahwa al-Zahrawi menuliskan tek nik pengobatan gips tersebut dalam risalahnya tentang pengobatan. Ia pun menjelaskan bagaimana melakukan pengobatan tersebut.

Menurut al-Zahrawi, jika terdapat tulang yang bergeser, tulang tersebut harus ditarik supaya kembali ke tempatnya semula. Untuk mengatasi masalah yang lebih serius, seperti patah tulang, harus digips.

Dalam risalahnya itu, al-Zahrawi menyatakan pula, untuk menarik tulang lengan yang bergeser, ia menganjurkan seorang dokter yang akan melakukan pengobatan meminta bantuan dari dua orang asis ten. Keduanya bertugas memegangi pasien dari tarikan.

Setelah itu, lengan harus diputar ke segala arah setelah lengan yang koyak dibalut dengan balutan kain panjang. Sebelum dokter memutar tulang sendi pasien, jelas al-Zahrawi, dokter itu harus mengoleskan salep berminyak ke tangannya.

Hal itu juga harus dilakukan para asisten yang ikut membantunya dalam proses penarikan. Setelah itu, dokter menggerakkan tulang sendi pasien dan mendorong tulang tersebut hingga kembali ke tempatnya semula. Jika itu sudah terjadi, dokter harus melekatkan gips. Tentu, gips dilekatkan pada bagian tubuh yang tulangnya tadi sudah dikembalikan. Gips itu mengandung obat penahan darah dan memiliki kemampuan menyerap.

Lalu, gips diolesi putih telur serta dibalut perban secara ketat. Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengikatkan perban kelengan yang digantungkan ke leher. Ini dilakukan selama beberapa hari. Langkah tersebut bertujuan untuk mencegah rasa sakit pada lengan sebab lengan masih dalam kondisi lemah.

Bila lengan telah kuat dan mem baik, gantungan lengan ke leher dilepaskan. Saat tulang yang bergeser telah normal, balutan termasuk gips bisa dilepaskan. Bila posisi tulang belum normal, gips dan perban yang sudah dipakai beberapa hari itu mesti dilepas. Setelah itu, balutan dan gips pasien diganti dengan yang baru. Dalam beberapa hari kemudian, gips baru bisa dilepas saat tulang yang bergeser itu telah benar-benar kembali ke tempatnya. Gips hanya lah salah satu teknik pengobatan yang diperkenalkan al-Zahrawi.

Berbagai metode pengobatan ditulis al-Zahrawi dalam sebuah buku yang berjudul Kitab at-Tasrif li Man Ajiza an at-Talif. Sejumlah kalangan menilai, buku ini menunjukkan karya terbesar al-Zahrawi dalam bidang pengobatan. Tak heran, jika buku ini sangat terkenal dan menarik perhatian banyak kalangan yang berkecimpung dalam bidang pengobatan. Buku ini pun diterjemahkan dalam sejumlah bahasa. Salah satu terjemahannya, Liber Liber Theoricae nec non Practicae Alsaharavii, diterbitkan pada 1519.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement