Kamis 14 Mar 2019 10:41 WIB

Imbauan Nabi SAW Supaya tidak Ekstrem

Suatu hari, Nabi Muhammad SAW menasihati tiga orang tamu.

Perjalanan hidup Rasulullah
Foto: mgrol102/Republika
Perjalanan hidup Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu ketika, tiga orang laki-laki datang bertamu ke rumah istri-istri Rasulullah SAW. Setelah memperkenalkan diri dan diizinkan masuk, mereka lalu bertanya suatu hal yang selama ini merisaukannya. Ihwal ibadah Nabi Muhammad SAW sehari-hari.

Bukannya mereka tidak tahu bagaimana besar ketaatan Rasulullah SAW kepada Allah. Hanya saja, mereka ingin menjadikan kebiasaan Nabi SAW sebagai tolok ukur. Apalagi, sosok insan paling mulia itu telah dijanjikan oleh Allah SWT surga di akhirat kelak.

Baca Juga

Setelah mendapatkan penjelasan dari para istri Rasulullah SAW tentang kebiasaan ibadah beliau, maka salah seorang dari mereka berkata, "Kalau begitu, aku akan salat sepanjang malam."

Yang lain menimpali, "Aku akan berpuasa setiap hari untuk selamanya." Adapun orang ketiga menyebutkan, "Kalau aku, aku akan menjauhkan diri dari perempuan sama sekali dan tak akan menikah, sehingga waktuku habis untuk beribadah."

 

Tak lama kemudian, Rasulullah SAW pulang. Setelah mendengarkan penjelasan dari istrinya, beliau lantas menyuruh orang untuk memanggil ketiga tamu itu kembali.

Di hadapan mereka, beliau meminta klarifikasi. Setelah benar mengetahui duduk perkaranya, maka Rasulullah SAW bersabda, "Demi Allah, saya lebih takut kepada Allah dan lebih bertakwa ketimbang kalian. Saya berpuasa, tapi juga berbuka. Saya shalat malam, tapi juga tidur. Dan saya menikah. Maka, siapa yang membenci Sunnahku, ia bukan dari umatku."

Demikianlah, Rasulullah SAW telah menjelaskan, ketakwaan seorang Muslim hendaknya tidak menafikan fitrah kemanusiaan. Beliau suka berpuasa sunnah, tetapi tidak setiap hari. Beliau juga betah melakukan salat malam, tapi ada juga waktu-waktu untuk tidur. Beliau tak menjauhi wanita. Terbukti dengan pernikahannya.

Nabi Muhammad SAW melarang berlaku ekstrem atau berlebih-lebihan dalam melaksanakan perintah agama. Seyogianya, seseorang yang beriman merealisasikan ketakwaannya sesuai kadar kemampuan masing-masing. Terkait dengan akhirnya, kembalikan semua perhitungan amal hanya kepada Allah. Karena itu, yang terpenting justru adalah keikhlasan.

sumber : Islam Digest Republika/Hikmah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement