Rabu 13 Mar 2019 23:51 WIB

Kiat Sukses Nabi Muhammad SAW sebagai Pedagang

Rasulullah Muhammad SAW merupakan seorang pedagang yang ulung.

Nama-nama indah Rasulullah SAW.
Foto: republika
Nama-nama indah Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum menerima risalah kenabian, Rasulullah Muhammad SAW dikenal luas sebagai seorang pedagang. Jangkauan bisnisnya tidak hanya di dalam negeri, melainkan juga kawasan-kawasan luar, semisal Syam (Suriah).

Nabi SAW sejak usia belia telah merasakan pahit-manisnya dunia perdagangan. Bersama dengan sang paman, Abu Thalib, beliau memahami bagaimana "seni" berdagang, sehingga meraup profit sekaligus reputasi orang berbudi pekerti luhur.

Baca Juga

Afzalurrahman dalam bukunya, Muhammad as a Trader mengungkapkan beberapa kunci sukses Nabi SAW sebagai pedagang. Hal yang terutama adalah sikap jujur dan adil dalam mengadakan hubungan bisnis dengan para pelanggan.

Dengan kejujuran pula, beliau menjadi agen saudagar kaya Siti Khadijah, yang akhirnya menjadi istri pertamanya. Saat melakukan perjalanan dagang ke Suriah, Yerussalem, Yaman, dan lain-lain tempat.

 

Di tiap perjalanan itu, Nabi SAW memeroleh keuntungan yang banyak, bahkan melampaui target penjualan. Sebab, orang-orang gemar berbisnis dengan beliau, yang terpercaya (trust) dan ramah kepada setiap pelanggan dan mitra.

Prinsip Nabi SAW, yang disebut dalam buku itu, ialah bahwa pedagang yang tak jujur akan gagal menekuni profesinya. Mungkin saja kebohongan akan membuatnya meraup banyak untung. Namun, hal itu sifatnya amat sementara, karena ketika kebenaran terbongkar, maka trust yang sudah dibina ludes seketika.

Karena itu, beliau selalu menasehati sahabat-sahabatnya untuk selalu jujur dalam berbisnis atau dalam menjalani setiap peran di kehidupan. Saat Nabi Muhammad SAW memimpin umat di Madinah, keadilan merata bagi seluruh warga. Termasuk dalam bidang ekonomi.

Imbauan lainnya, supaya mereka menghindari praktik-praktik perniagaan yang mengandung unsur penipuan, riba, judi, ketidakpastian, eksploitasi, penimbunan, dan pengambilan untung yang berlebihan. Patut diperhatikan pula standardisasi timbangan dan ukuran, sehingga pembeli mendapatkan bagian yang adil dan transparan.

Nabi Muhammad SAW sangat konsen dengan kejujuran. Sampai-sampai, orang yang jujur dalam berdagang, digaransinya masuk dalam golongan para nabi. Abu Sa'id meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, "Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para nabi, orang-orang jujur dan para syuhada."

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement