Kamis 14 Mar 2019 10:00 WIB

Agar Mendapatkan Hidayah

Hidayah tak akan bisa diperoleh jika seseorang tak pernah memahami jati dirinya.

Berdoa/ilustrasi

Adapun inti dari pembahasan kitab ini adalah pentingnya adab (etika) dalam beramal dan beribadah, baik dalam pengertian yang bersifat sharih (sesuai dengan apa yang terdapat dalam Alquran dan sunah) maupun yang bersifat interpretatif dari pendapat penulis (Al-Ghazali).

Imam Al-Ghazali mewanti-wanti setiap Muslim, khususnya mereka yang membutuhkan pertolongan Allah, untuk tidak tertipu dengan bujuk dan rayuan setan. Sebab, setan akan menjerat manusia dengan tali tipu dayanya sehingga ia akan tergelincir dari jalan yang benar.

Karena itu, Al-Ghazali mengingatkan para penuntut ilmu (Muslim) untuk terjerumus kepada hal-hal yang sesat. Ia menyebutkan, ada tiga jenis manusia dalam menuntut ilmu.

Pertama, orang yang mencari ilmu untuk dijadikan bekal menuju akhirat. Ia menuntut ilmu semata-mata hanya mengharap ridha Allah dan kepentingan di negeri akhirat. Inilah orang yang beruntung.

Kedua, orang yang mencari ilmu untuk dijadikan sarana bagi kepentingan kehidupan dunia yang bersifat sementara, yakni hanya meraih kejayaan, kedudukan, dan harta benda. Ia adalah orang yang berilmu dan merasa hebat dengan apa yang telah diraihnya. Padahal, kata Al-Ghazali, orang yang demikian ini adalah orang yang sesat.

Dirinya akan senantiasa khawatir dengan akhir hidupnya jatuh miskin, melarat, dan lainnya. ''Jika ia meninggal dunia sebelum bertobat, ia dikhawatirkan akan meninggal dunia dalam keadaan su'ul khatimah (akhir yang buruk),'' jelasnya.

Namun, jika ia mampu memperbaiki dirinya dan mengamalkan ilmunya, niscaya ia termasuk golongan orang-orang yang beruntung.

Ketiga, orang yang dirinya telah dikuasai oleh setan. Ia menjadikan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta benda, meraih kedudukan yang bisa dibangga-banggakan, dan menghimpun banyak pengikut yang bisa dimanfaatkan. Ia menggunakan ilmunya dalam setiap kesempatan untuk meraih kepentingan duniawi meski yakin ia mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah karena merasa dirinya seorang yang alim (ulama).

''Padahal, itu hanya dari segi penampilan atau ucapannya, sedangkan lahir batinnya sangat rakus terhadap urusan dunia. Inilah orang yang binasa, bodoh, dan tertipu,'' tegas Al-Ghazali.

Dalam kitabnya Al-Kasyf wa al-Tibyan Ghurur fi Khalqi Ajma'in (Manusia-manusia Tertipu), Al-Ghazali menyebutkan empat golongan yang tertipu, yaitu ulama (cendekiawan), hartawan, ahli ibadah, dan ahli tasawuf. ''Mereka merasa hebat dengan apa yang telah diperolehnya,'' kecam Al-Ghazali.

Menurut Al-Ghazali, hidayah Allah tak akan bisa diperoleh jika seseorang tak pernah memahami jati dirinya. Memahami siapa dirinya, Zat yang menciptakannya, dan semua yang terkandung di alam semesta ini. Wa Allahu A'lam.

sumber : Islam Digest Republika/Syahruddin el-Fikri
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement