Senin 25 Feb 2019 15:42 WIB

Nasihat Ulama

Khalifah Harun Ad-Rasyid sering meminta nasihat ulama

Ulama sangat berperan dalam pembinaan umatnya (Ilustrasi)
Foto: Republika
Ulama sangat berperan dalam pembinaan umatnya (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Usep Romli HM

Sultan Harun ar-Rasyid, salah seorang penguasa masyhur Dinasti Abbasiyah (749-1258), yang bertakhta pada 786-809 sering meminta nasihat dari para ulama. Ia sering sengaja mendatangi kediaman para ulama. Tidak mengundangnya ke istana. Agar nasihatnya tulus, tanpa pamrih.

Seperti dikisahkan Fariduddin Attar (abad ke-13), penulis kitab Tadzkiratul Awliya, suatu malam, Harun ar-Rasyid mendatangi rumah Fudzail bin Iyad (wafat tahun 803). Ketika bersalaman dengan Ha run, Fudzail berkata tanpa tedeng aling-aling: "Alangkah halus lembut tanganmu, hai Harun. Jagalah dari perbuatan dosa dan jahat agar tangan mu tidak menjadi kayu bakar neraka."

Sambil terisak, Harun meminta Fudzail menasihatinya. "Dengar nasihatku!" kata Fudzail. "Engkau seorang penguasa negeri. Anggaplah negeri ini sebagai sebuah rumah tangga. Engkau sebagai kepala keluarga, yang lainlain sebagai istri, anak, cucu, dan sanak keluargamu. Maka tunjukkanlah kasih sayang kepada segenap penghuni, janganlah berbuat zalim kepada mereka. Ajaklah mereka kepada kebaikan."

"Cegahlah mereka dari kejahatan orang lain dan perbuatan jahat mereka sendiri. Berhati-hatilah dalam setiap ucapan dan tindakan, sebab Allah SWT akan meminta pertanggungjawabanmu pada Hari Perhitungan kelak. Apakah engkau akan selamat karena telah berlaku jujur dan adil kepada rakyatmu, sanak keluargamu itu, atau engkau akan celaka akibat perbuatan zalim dan khianat selama engkau menjadi pemimpin."

Sultan Harun ar-Rasyid tertegun lalu menangis mendengar nasihat Fudzail yang terkenal sebagai pemuka ulama Baghdad waktu itu. Pada kitab itu juga dikisahkan, Harun ar-Rasyid meminta nasihat dari seorang ulama bernama as- Simak.

"Ingatlah, hai Amirul Mukminin, sejak zaman Nabi Adam hingga sekarang, tak ada seorang pun yang tak merasakan kematian. Karena itu, janganlah engkau terlalu mencintai istana sehingga melupakan astana. Engkau menguasai dunia beserta segenap isinya, tapi apakah ada benda berharga pada tanganmu tatkala engkau direnggut maut?"

"Aku akan ditempatkan di mana setelah nanti mati?" tanya Sultan. "Hanya ada dua tempat, yaitu surga bagi orang beriman, bertakwa, dan beramal saleh; dan neraka bagi orang yang maksiat, berdosa dan selalu merugikan manusia akibat perbuatan-perbuatannya yang ber ten tangan dengan perintah Allah serta melanggar larangan-Nya," kata as-Simak. ¦ 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement