Kamis 28 Feb 2019 17:57 WIB

Kisah Kakek Anies Baswedan, Lolos dari 'Kepungan' Belanda

AR Baswedan melewati pemeriksaan aparat Belanda untuk sampaikan surat ke Bung Karno.

(ilustrasi) AR Baswedan
(ilustrasi) AR Baswedan

AR Baswedan-lah yang ditugaskan untuk segera kembali ke Tanah Air. Dia diamanahi untuk membawa naskah pengakuan Mesir atas kedaulatan RI; dokumen yang amat bernilai itu.

Seandainya naskah tersebut musnah, kelanjutan perundingan-perundingan Indonesia di level dunia akan kesulitan karena “ketiadaan” bukti pengakuan negara lain atas eksistensi RI.

Dari Kairo, pada 18 Juni 1947 kakek Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu bertolak menuju Singapura sendirian. Singapura saat itu adalah transit utama dari dan menuju Jakarta.

“Saat itu, Haji Agus Salim, dengan gaya seorang jenderal, bicara, ‘Baswedan, bagi saya tidaklah penting apakah Saudara sampai di Tanah Air atau tidak. Yang penting, dokumen-dokumen itu sampai di Indonesia dengan selamat!” kata AR Baswedan menuliskan kenangannya. 

Tentunya tidak ada maksud harfiah dari "The Grand Old Man" itu dengan kata-katanya. Dia semata-mata menegaskan, betapa pentingnya dokumen tersebut agar sampai di tangan Presiden Sukarno.

AR Baswedan melanjutkan ceritanya. Pesawat yang ditumpanginya singgah di Bahrain, Karachi (Pakistan), Kalkuta (India), Rangoon (Myanmar), dan akhirnya Singapura. Tidak ada satu pun dari negeri-negeri itu yang memiliki kantor perwakilan Indonesia.

“Bahkan nama Indonesia saja tidak dikenal. Saya terpaksa main gertak dengan mengaku agen rahasia undangan Nehru, ketika tempat duduk saya akan ‘dicatut’ untuk orang lain di Kalkuta,” ujar dia.

Begitu tiba di Singapura, tidak ada seorang pun yang menjemputnya. Bekal uang di tangannya pun hampir habis.

Alhamdulillah, AR Baswedan dibantu seorang dermawan Singapura yang bersimpati pada perjuangan Indonesia. Namanya, Ibrahim Assegaf. Sosok yang juga keturunan Arab ini ditemani Ali Talib Yamani.

Dengan budi baik mereka, AR Baswedan bisa memeroleh tiket pesawat terbang ke Jakarta, setelah beberapa hari lamanya tertahan di Singapura. Pada 13 Juli 1947, dengan menumpangi maskapai Belanda, KLM, AR Baswedan menuju Tanah Air.

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement