Rabu 27 Feb 2019 17:04 WIB

Dunia Literasi Membuat Peradaban Bangsa Lebih Baik

IBF merupakan bagian dari komitmen Republika mendukung dunia literasi.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Gita Amanda
Persiapan IBF 2019. Pekerja menata buku-buku yang akan di jual dalam acara Islamic Book Fair 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (26/2).
Foto: Republika/Prayogi
Persiapan IBF 2019. Pekerja menata buku-buku yang akan di jual dalam acara Islamic Book Fair 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Executive Officer (CEO) Republika Penerbit, Arys Hilman Nugraha, mengatakan Republika Grup sudah mengambil peran sejak pertama kali Islamic Book Fair (IBF) diselenggarakan. Hal itu dilakukan Republika sebagai komitmen mendukung kemajuan dunia literasi yang menurutnya akan membawa peradaban bangsa menjadi lebih baik.

"Ini adalah bagian dari komitmen kita untuk dunia literasi, karena kita berangkat dari dunia baca, kita percaya dunia literasi akan membawa ke arah peradaban bangsa yang jadi lebih baik," kata Arys kepada Republika.co.id, Rabu (27/2).

Baca Juga

Ia menerangkan, tentu banyak jalan untuk membangun kebudayaan dan peradaban sebuah bangsa. Tapi literasi adalah sesuatu yang sangat penting untuk mewujudkan peradaban yang maju.

Arys menyampaikan, orang-orang bisa menyaksikan negara-negara dan bangsa-bangsa yang maju peradabannya karena kemampuan literasi masyarakatnya tinggi. Oleh sebab itu literasi sangat penting.

 

Ia mengatakan, belasan tahun yang lalu ajang IBF sudah menjadi tempat berkumpulnya masyarakat Islam Indonesia. Tokoh-tokoh Islam menghadiri IBF, orang-orang dari kalangan pesantren dan sekolah pun mendatangi IBF. Bahkan sekarang IBF menjadi tempat wisata intelektual.

"Pada akhirnya membangun kebudayan dan peradaban bukan sekedar pada literasinya, akhirnya peristiwa literasi bisa menjadi penghubung antar masyarakat, maka IBF perlu didukung terus," ujarnya.

Era digital kerap dipandang mengancam eksistensi buku atau dunia literasi, karena semakin banyak masyarakat menggunakan smartphone dan laptop ketimbang buku. Menanggapi hal ini, Arys menjelaskan, tidak memandang teknologi digital menjadi ancaman terhadap buku atau dunia literasi.

Sebab yang terpenting adalah kontennya, bentuknya kertas, smartphone, laptop dan apapun itu asalkan kontennya mengandung kekayaan dan kualitas. Maka tidak akan mengancam buku atau dunia literasi.

"Yang kita inginkan kekayaan dan kualitas konten yang ditempatkan pada wahana yang berbagai macam itu, ini menjadi destinasi masyarakat Muslim untuk mengembangkan diri," ujarnya.

Ia juga menyampaikan, di era digital ini tren penjualan buku meningkat. Ia meyakini meningkatnya tren penjualan buku, salah satunya karena ajang IBF yang diselenggarakan rutin. Terkait berapa persen peningkatannya secara nasional belum diketahui, tapi setiap penerbit cenderung mengalami peningkatan penjualan buku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement