Senin 18 Feb 2019 16:00 WIB

Menonton Sinetron Hingga Lupa Waktu

Terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi juga tidak baik.

Televisi. Ilustrasi
Foto: Ubergizmo
Televisi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Yusuf Qaradhawi berpendapat, tayangan televisi kedudukannya sama dengan radio, koran, dan majalah, yakni sebatas media. Segalanya bergantung pada tujuan dan materi acaranya.

Seperti halnya pedang, di tangan mujahid ia adalah alat untuk berjihad; dan bila di tangan perompak, maka pedang itu merupakan alat untuk melakukan tindak kejahatan.

Tayangan televisi, termasuk sinetron, papar Syekh Qaradhawi, bisa menjadi media pembangunan dan pengembangan pikiran, ruh, jiwa, akhlak, dan kemasyarakatan. Namun, di sisi lain, tayangan televisi dapat juga menjadi alat penghancur dan perusak. Semua itu kembali pada materi acara dan pengaruh yang  ditimbulkannya.

Syekh Yusuf Qaradhawi menyarankan agar setiap Muslim dapat mengendalikan diri terhadap media-media  seperti ini sehingga dia menghidupkan televisi jika acaranya berisi kebaikan dan mematikannya bila berisi keburukan.

Melalui media ini, seseorang dapat menyaksikan dan mendengarkan berita-berita dan acara-acara keagamaan, pendidikan, pengajaran, atau acara lainnya yang tidak mengandung unsur keburukan. Dengan begitu, dalam hal ini, anak-anak dapat menyaksikan gerakan-gerakan lincah dari suguhan hiburan yang menyenangkan hatinya atau dapat memperoleh manfaat dari tayangan acara pendidikan yang mereka saksikan.

Soal konten sinetron, Syekh Yusuf Qaradhawi mewanti-wanti agar tidak menonton sinetron yang bertentangan dengan akhlak dan akidah Islam. Misal, sinetron tersebut mengajarkan pacaran, balas dendam, dongeng khayal yang merusak akhlak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement