Selasa 12 Feb 2019 09:49 WIB

Karya Ulama Besar Uzbekistan Banyak Diajarkan di Nusantara

Ada banyak puluhan ulama besar di berbagai bidang keilmuan yang lahir di Uzbekistan.

Sejarawan Islam, Rijal Mumaziq (paling kanan) saat menjadi  pembicara dalam seminar bertema Jejak ulama Uzbekistan di Nusantara di  Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal, TMII, Jakarta Timur, Kamis (7/2).
Foto: Republika/Muhyiddin
Sejarawan Islam, Rijal Mumaziq (paling kanan) saat menjadi pembicara dalam seminar bertema Jejak ulama Uzbekistan di Nusantara di Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal, TMII, Jakarta Timur, Kamis (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya ada lebih dari puluhan ulama besar di berbagai bidang keilmuan yang lahir di Uzbekistan. Mereka lahir di Kota Bukhara, Samarkand, Tashkent, Termez, Khiva, dan beberapa kota lainnya. MKarya ulama-ulama besar tersebut banyak yang diajarkan di nusantara.

"Jaringan ulama Uzbekistan itu kemudian secara genealogi keilmuan meninggalkan jejak yang sangat luar biasa di Indonesia. Saya contohkan kitab yang dikaji di beberapa pesantren," ujar Sejarawan Islam Rijal Mumaziq memaparkan makalahnya yang berjudul "Jejak Ulama Uzbekistan di Nusantara".

Di antaranya, yaitu kitab berjudul Suluk Asmara yang diduga tulisan Syekh Ibrahim as-Samarkandi. Kemudian, tentu saja karya besar Shahih Bukhari yang ditulis oleh Imam Bukhari yang berasal dari Kota Bukhara, Uz bekistan. Ada pula kitab Sunan at-Tirmidzi yang dikarang oleh Imam at-Tirmidzi yang berasal dari Kota Termez, Uzbekistan.

Ulama Indonesia yang mendapatkan ijazah untuk mengajarkan kitab Shahih Bukhari adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari. Sampai saat ini, tradisi pengajian Kitab Shahih Bukhari masih ber jalan di Pondok Pesantren Tebuireng yang di dirikan Kiai Hasyim.

 

Ada pula kitab berjudul Bahjatul Ulum Sya rah Aqidat al-Ushul yang ditulis ulama be sar Uzbekistan, Abu Laits as-Samarqandi. Gus Rijal sendiri masih memiliki manuskrip kitab ini yang merupakan peninggalan ka keknya.

Risalah singkat Imam Abu Laits juga pernah diajarkan di Indonesia, yang berjudul Masail Abi Laits. Risalah ini kemudian diberi uraian oleh Syekh Nawawi al-Bantani, yang merupakan kakek Ketua Umum Majelis Ulama Indonedia (MUI), KH Ma'ruf Amin.

Sementara, kitab karya Imam Abu Laits paling populer yang diajarkan di Nusantara adalah kitab Tanbihul Ghafilin, yang artinya Peringatan Bagi Orang-orang yang Lalai. Kitab tasawuf ini banyak digunakan dalam pengajian-pengajian resmi di beberapa pe santren, maupun bahan baku ceramah para mubaligh. "Ini adalah beberap kitab populer karya ulama Uzbekistan yang ada di Nusan tara," jelasnya.

Namun, tambah dia, ketika Uzbekistan dikuasasi oleh komunis pada abad ke-20, ternyata tidak ada lagi ulama yang terhubung dengan Nusantara, kecuali satu orang ulama, yaitu Syekh Yasin bin Isa al-Fadani (1916- 1990).

Syekh Yasin merupakan ulama keturunan Minangkabau yang menjadi guru besar bi dang Hadis di Masjid al-Haram. Dia memiliki seorang guru dari Bukhara, Uzbekistan, yang bernama Syekh Abdulllah bin Muhammad Niyazi al-Bukhari.

"Ini satu-satunya. Hal ini membuktikan transmisi keilmuan antara ulama Uzbekistan dan ulama Nusantara itu perlu kita perkuat lagi karena ada mata rantai yang terputus.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement