Selasa 12 Feb 2019 08:58 WIB

Teladan Para Ibu

Sejarah Islam menorehkan namanya dengan penuh kemuliaan.

Akhlak mulia (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Akhlak mulia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah Islam menorehkan namanya dengan penuh kemuliaan. Aminah binti Wahab adalah ibunda dari Muhammad bin Abdullah, Rasul pembawa hidayah, nabi terakhir yang diutus Allah SWT sebagai rahmat bagi semesta alam.

Aminah adalah wanita berhati suci. Tidak diketahui tahun berapa beliau dilahirkan, melainkan hanya tempat kelahirannya yakni di Tanah Hijaz (Makkah). Berasal dari keluarga Bani Zuhrah, ayahnya adalah bangsawan Quraisy bernama Wahab.

Nenek moyang Aminah adalah orang-orang yang mulia nasabnya. Kehormatan mereka terjaga, dan bersih dari perbuatan tercela.

Aminah tumbuh menjadi gadis cantik. Tiada yang menandingi kecantikan dan kelembutan hatinya di seantero Makkah. Pergaulannya terjaga, hingga dikenal sebagai 'bunga nan indah' di kalangan Quraisy.

Beranjak dewasa, ayahnya berniat mencarikan jodoh untuk putrinya tersebut. Akhirnya, dipilihlah seorang pemuda tampan dan berbudi luhur bernama Abdullah, anak ke-10 dari Abdul Muthalib dari keluarga Bani Makhzum.

Abdul Muthalib terkenal sebagai seorang tokoh Quraisy yang sangat dihormati. Segenap masyarakat menaruh simpati lantaran kebijaksanaannya. Jadilah pernikahan itu disambut gembira oleh kedua keluarga. Pasangan ini segera memulai bahtera hidup baru dengan penuh kebahagiaan.

Beberapa pekan kemudian, pada suatu malam Aminah bermimpi. Dirinya seolah meliputi sinar terang benderang hingga menerangi istana di Basrah dan Syam. Seketika, terdengarlah suara, "Engkau akan melahirkan seorang manusia paling mulia di kalangan umat."

Mimpi itu terus dikenangnya. Sampai akhirnya, Aminah hamil. Abdullah sangat bahagia mengetahui kehamilan istrinya, akan tetapi kegembiraan tersebut hanya sesaat.

Sebagai seorang pedagang, Abdullah harus bergabung dengan kafilah dagang menuju ke Syam dan Palestina. Dengan perasaan sedih, ia terpaksa meninggalkan istrinya yang sedang hamil.

Aminah pun melepas kepergian suami tercinta dengan berat hati. Hari-hari dilewati, pekan demi pekan, bulan demi bulan. Sampai suatu hari, Aminah yang sedang berada di depan rumah, melihat kepulangan kafilah dagang Quraishy.

Namun kabar yang datang membuatnya gundah gulana, sang suami tidak bisa pulang ke Makkah lantaran mendadak sakit di perjalanan. Abdullah terpaksa dirawat di rumah salah seorang kerabat dari Bani Makhzum di sekitar Yastrib (Madinah).

Dua bulan berlalu, tiada berita tentang kondisi Abdullah. Keluarganya lantas menyuruh al Harits pergi ke Yastrib. Setiba kembali ke Makkah, al Harits mengabarkan bahwa Abdullah telah meninggal dunia dan dikuburkan di sana.

Kelahiran Nabi SAW

Beberapa bulan setelah meninggalnya Abdullah, serta usai peristiwa kehancuran pasukan Abrahah, Aminah melahirkan bayi lelaki yang bersinar terang. Bayi mulia ini terlahir di tengah keluarga Bani Hasyim di Makkah pada Senin pagi, tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal tahun 571 Masehi.

Sebagian riwayat mengemukakan ada keanehan terjadi saat kelahiran manusia paling sempurna ini. Di antaranya adalah ditutupnya pintu langit untuk jin dan iblis, dan ada lagi yang menyatakan bahwa bayi suci itu terlahir sudah dalam keadaan dikhitan.

Sesuai tradisi yang berkembang saat itu, bayi yang diberi nama Muhammad oleh Abdul Muthalib, dititipkan kepada wanita kampung untuk disusui. Wanita tersebut adalah Halimah as Sa'diah.

Beberapa tahun lamanya, Muhammad berada dalam asuhan Halimah, sebelum kembali kepangkuan ibundanya. Ketika berusia enam tahun, Muhammad diikutkan oleh Aminah berziarah ke makam ayahnya.

Sebulan lamanya tinggal di Yastrib, mereka pun pulang ke Makkah bersama rombongan kafilah. Namun di perjalanan, tepatnya di Abwa', sekitar 37 kilometer dari Madinah, ibunda Rasulullah jatuh sakit.

Tak berapa lama, Allah SWT memanggil wanita mulia ini, ibunda manusia paling agung dan pemimpin seluruh umat. Beliau dimakamkan di tempat itu juga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement