Selasa 02 Jan 2018 18:45 WIB

Hanya Vienna yang Belum Ditaklukkan Pasukan Islam

Rep: mg02/ Red: Agung Sasongko
Istana Schonbrunn Vienna
Foto: Dailymail
Istana Schonbrunn Vienna

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Buku Peradaban Islam yang Terlupakan juga mengisahkan peradaban Islam yang maju di Kota Konstantinopel. Diceritakan bahwa Konstantinopel pertama kali dibuka oleh Sultan Muhammad al-Fatih tahun 1453 Masehi. Saat itu, Konstantinopel merupakan pusat peradaban dari Romawi Timur yang sudah berkuasa selama 11 abad.

Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat pengepungan, banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.

 

Akhirnya, Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip de ngan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Konstantinopel pada abad ke-10.

Para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas. Namun, pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Romawi. Sultan Muhammad al-Fatih melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi. Ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.

Selain mengupas peradaban Islam di Turki, buku Pearadaban Islam yang Terlupakan juga mengupas peradaban Islam di Wina, Austria. Islam hadir ke Austria bersamaan dengan ekspansi kekuasaan Kesultanan Turki Utsma niyah. Pada abad 17 Masehi, pasukan Turki yang dipimpin Jenderal Kara Mustafa Pasha berhasil menduduki sebagian besar wilayah Kekaisaran Austria- Hunga ria Raya yang diperintah oleh Dinasti Habsburg.

Hanya tinggal ibu kota Vienna yang belum berhasil ditaklukkan. Meskipun sudah terkepung sekian lama, fakta sejarah mencatat akhirnya Vienna justru memenangkan peperangan atas bantuan dari pasukan gabungan antara Jerman dan Polandia. Meskipun ekspansi politik kekua saan Turki terhenti, Islam berhasil menanamkan pahamnya kepada sebagian warga Austria. Bahkan, sisa pa su kan Turki juga banyak, di antaranya, yang menjadi warga Austria dan mewariskan generasi Islam secara turun-temurun.

Merekalah kini warga keturunan yang masih memeluk akidah Islam dan menjalankannya dalam kehidupan sehari- hari. Untuk menunjang dan mengembangkan dakwah Islam, komunitas Muslim di Wina membangun pusat pengembangan Islam yang digerakkan dari Vienna Islamic Centre.

Vienna Islamic Centre beralamatkan di Am Bruckhaufen 3A, A-1210 Wien, tepat berada di sisi utara Sungali Donau. Lokasi tersebut dapat diakses dengan kereta U-Bahn nomor 6 dengan turun di Stasiun Neue Donau, ataupun dengan bus dari berbagai jurusan, seperti Kaisermuhlen.

Bangunan utama pusat ini adalah sebuah masjid dengan kubah khasnya yang berwarna hijau dengan sebuah menara putih yang menjulang tinggi. Di samping itu, kompleks tersebut juga dilengkapi dengan ruang perkantoran, ruang-ruang pertemuan, ruangruang kursus, perpustakaan, dan sarana pendukung; seperti toko perlengkapan ibadah dan kafetaria.

Kegiatan utama di Vienna Islamic Centre yang paling utama tentu saja shalat fardhu lima waktu dan Jumat. Adapun kegiatan pengajian juga digelar rutin pekanan untuk berbagai tingkatan, mulai dari anak-anak, ibu-ibu, dan para bapak.

Di samping kegiatan utama, di pusat Islam ini juga terdapat program kursus baca-tulis Alquran dan kelas bahasa Arab. Tokoh Islam lokal Vienna Islamic Centre juga digerakkan oleh para pendatang Muslim yang kebetulan berada di Wina dalam rangka pekerjaan ataupun melanjutkan studi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement