Sabtu 07 Oct 2017 10:43 WIB

Muslim Trinidad dan Tobago Jaga Toleransi

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Muslim di Trinidad and Tobago.
Foto: IST
Muslim di Trinidad and Tobago.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kendati merupakan umat minoritas, umat Islam di Trinidad dan Tobago menikmati iklim toleransi yang baik dari warga non-Muslim yang mayoritas. Bahkan ,dalam beberapa hal, model toleransi yang dikembangkan Pemerintah Trinidad dan Tobago dalam kehidupan beragama layak menjadi contoh bagi negara-negara mayoritas non-Muslim lainnya.

Di sana, umat Islam tidak sekadar memperoleh kebebasan dalam menjalankan ibadah. Lebih dari itu, pemerintah dan rakyat negeri ini menjunjung tinggi toleransi kepada kaum Muslimin. Idul Fitri yang merupakan hari raya umat Islam ditetapkan sebagai hari libur nasional. Umat Islam di Trinidad dan Tobago juga dilibatkan secara aktif oleh pemerintah setempat ketika mengambil berbagai keputusan politik.

Pada pertengahan tahun lalu, misalnya, Perdana Menteri Kamla Persad-Bissessar sengaja menggelar pertemuan dengan sejumlah komunitas Muslim di negeri itu. Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk membahas jadwal penyelenggaraan Pemilu 2015 yang tepat supaya tidak berimpitan dengan pelaksanaan puasa Ramadhan 1436 H. Dengan begitu, kaum Muslimin diharapkan dapat melaksanakan ibadahnya secara maksimal selama bulan suci.

Perkembangan Islam di negara tersebut hari ini tidak terlepas dari peranan masyarakat Muslim dari belahan dunia lainnya, antara lain, India, Pakistan, Indonesia, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Arab Saudi yang telah membantu menghidupkan kembali kesadaran umat Islam di Karibia setidaknya dalam 130 tahun terakhir.

Beberapa siswa Muslim di Trinidad juga dikirim ke pusat-pusat studi Islam di UEA, Pakistan, dan Arab Saudi. Harapannya, mereka kelak dapat kembali ke Tanah Airnya sebagai dai yang terlatih. Beberapa tokoh Muslim turut memainkan peran penting di pemerintahan dan parlemen negeri ini. Satu di antaranya adalah Donafarnik Davidson yang sempat menjadi perhatian dunia karena merupakan Muslimah mualaf pertama yang menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri Trinidad dan Tobago.

Wanita itu mengikrarkan dua kalimat syahadat pada 1975. Setelah masuk Islam, ia mengganti namanya menjadi Madame Fatima Mik Davidson.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement