Jumat 18 Aug 2017 16:59 WIB

Yordania, Saksi Penting Jatuh Bangun Kejayaan Islam

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Masjid Abu Ubaidah dan nisannya di Yordania
Foto: islamiclandmark
Masjid Abu Ubaidah dan nisannya di Yordania

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Yordania pernah menjadi salah satu pusat peradaban Islam pada awal sejarah Islam. Negara ini konon termasuk wilayah Syam karena kedekatannya dengan Damaskus.

Selama beberapa abad, Yordania merupakan saksi penting bagi jatuh bangunnya kejayaan Islam. Negara ini pernah menjadi saksi Perang Mu'tah pada masa Rasulullah SAW dan Perang Salib pada masa Dinasti Ayyubiyah.

Tak heran bila saat ini ditemukan bukti-bukti sejarah tersebut, di antaranya adalah makam para sahabat. Tak sedikit sahabat yang menghembuskan napas terakhir di wilayah Yordania. Makamnya pun masih bertahan sampai sekarang dan dikunjungi oleh peziarah. Berikut ini berapa makam sahabat di Yordania: 

Muadz bin Jabal

Sahabat yang berasal dari golongan Anshar ini meninggal di Yordania pada 18 Hijriyah. Ia dimakamkan berdekatan dengan makam anaknya. Muadz yang wafat dalam usia 38 tahun ini merupakan salah satu sahabat Rasul yang terkenal sebagai qadi.

Ia pernah diutus ke Yaman untuk memperkenalkan Islam dan mengajarkan agama ini ke penduduk negara tersebut, hingga akhirnya ia mendapat misi untuk berdakwah di Syam.

Muadz berislam berkat dakwah Musaib bin Umair ketika berada di Madinah. Sejak itulah, ia belajar Islam secara mendalam lalu dikenal sebagai ulama. Hingga saat ini, makamnya tak pernah sepi dengan para peziarah.

  

Abdullah bin Rawahah

Sosok yang berasal dari golongan Nasrani sebelum berislam ini merupakan komandan perang ketiga yang ditunjuk oleh Rasul untuk memimpin tentara Islam pada Perang Mu'tah. Perang ini berlangsung di kawasan Syam, termasuk Yordania kini.

Sahabat yang dikenal pula dengan sebutan nama Abu Amra' al-Ansari al-Khazraji al-Badri adalah sosok yang memiliki kepedulian tinggi dan kecintaan yang besar terhadap agama.

Ia beberapa kali tercatat terlibat peperangan besar. Bahkan, semangat berjihadnya menggelora. Ia sangat terpukul mendengar Ja'far bin Abi Thali gugur dalam Perang Mu'tah.

Zaid bin Haritsah

Zaid yang merupakan anak angkat Rasulullah tersebut adalah komandan perang pertama yang ditunjuk oleh Rasulullah memimpin perang Mu'tah. Ia meninggal saat berusia 55 tahun. Kedudukannya dalam sejarah Islam sangat mulia.

Ia merupakan pemuda kedua setelah Ali bin Abi Thalib yang berikrar syahadat. Zaid kecil konon merupakan budak yang ditahan oleh Banu Qais dan akhirnya dijual di Makkah dan dibeli oleh Hakim bin Hizam.

Hakim lantas menghadiahkan Zaid untuk Khadijah, sebelum menikah dengan Rasulullah SAW. Zaid termasuk salah satu sahabat yang disebutkan kisahnya dalam Alquran surah al-Ahzab ayat 37 tentang kedudukan anak angkat menurut hukum Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement