Setelah perang usai, penderitaan Muslim Bosnia kian nyata. Bahkan banyak di antara mereka mengaami masa trauma psikis yang berkepanjangan. Semua massa hidup mereka sebenarnya sudah berhenti pada tanggal terjadinya pembantaian yakni 12 Juli 1945.
‘’Pascaperang, ada relawanan psikiater Spanyol yang datang membantu. Mereka mencoba melakukan penyembuhan terhadap jiwa para pengungsi yang dirusak oleh perang dan pembantaian. Selain membantu memulihkan jiwa, para psikiater melakukan penelitian. Hasilnya, mereka menyimpulkan derta yang dialami mereka sangatlah luar biasa. Namun hebatnya, bila orang lain pada bunuh diri, para pengungsi itu begitu tabah menerimanya,’’ kata Hasan.
Dari isah relawan lainnya, tak hanya soal kematian dan pembantaian yang mendatangkan derita hidup, imbas persoalan perkosaan kini terus menjadi masalah. Banyak sekali perempuan yang diperkosa kemudian hamil dan melahirkan anak. Celakanya, ketika anak itu lahir mereka kerap mendapat perlakuan pejoratif sebagai ‘anak yang tidak diharapkan kelahirannya.
Terkait hal ini, Baluki Ahmad mengatakan banyak warga uslim dari berbagai negara yang kemudian ingin membantunya dengan mengadopsi anak tersebut. Namun, ini susah dilakukan karena khawatir ank-anak itu akan diperdagangkan.
‘’Saya pernah meminta melalui OKI dan PBB untuk dapat mengadopsi anak-anak tersebut. Tapi tidak pernah berhasil atau mendapatkan izin. Jadi memang penderitaan Muslim di perang Bosnia, khususnya Serbenica, sangatlah luar biasa. Maka janganlah sekali kali lupakan kisah pembantaian ini yang oleh Muslim Bosnia kerap disebut dilakukan oleh ‘Nazi Serbia’,’’ kata Baluki.
*Muharom Ahad, penulis dan Wakil Ketua Himpuh.