Selasa 25 Apr 2017 11:06 WIB

Kunjungi Cina, Ini kata Ketua PBNU Soal Masjid Phoenix di Hangzhou

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (Ilustrasi)
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, HANGZHOU -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Sulton Fatoni, baru saja melakukan perjalan ke Cina. Dalam lawatannya, ia turut mengunjungi Masjid Zhenjiao atau banyak dikenal sebagai Masjid Phoenix di Hangzhou.

Masjid Phoenix, merupakan masjid tertua kedua setelah Masjid Huaisheng di Guangzhou yang dibangun 627 masehi oleh Saad bin Abi Waqqash. Dibangun di era Dinasti Tang (618-907), Masjid Phoenix turut menjadi tempat pendirinya dimakamkan.

"Saya terkesan dengan tata disain dan arsitektur lingkungan Masjid Phoenix," kata Sulton melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (25/4).

Pertama, ia melihat jalan raya yang dimasuki usai melewati gapura kompleks masjid dirasa cukup asri. Jalan kaki menuju pintu gerbang masjid kira-kira sepanjang 300 meter, memiliki jalan yang cukup lebar dengan batu batu yang tertata rapi.

Sedangkan, satu sisi jalan terdapat sungai kecil berair jernih, dan deretan toko oleh-oleh yang dirindangi pepohonan yang berderet di bahu kanan kiri jalan. Memasuki pintu gerbang masjid, terdapat bangunan yang kanan dan kirinya dihiasi catatan sejarah.

Sedikit ada lorong bersambung halaman masjid yang kanan dan kirinya terdapat bangunan yang bisa difungsikan madrasah. Masuk ke masid, tertulis ayat-ayat Alquran yang masih belum mengalami pemugaran sejak masjid itu didirikan.

"Sisi kanannya terdapat mimbar lengkap dengan tongkat ansitu, sudah dua kali saya bertemu tongkat ansitu"di dua masjid, yaitu di Shanghai dan Hangzhou," ujar Sulton.

Imam masjid Phoenix, Syaikh Maksum, mengaku sangat gembira menyambut rombongan PBNU. Syaikh Maksum berdiskusi cukup lama dengan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj yang memimpin rombongan tentang keislaman dan kebudayaan.

"Saya memang menyaksikan kedua kiai beda negara itu membaca teks Arab, membedah nahwiyah, shorrof, balaghah, sedikit bantah-bantahan tentu dengan selingan tawa," kata Sulton.

Diskusi ringan kedua tokoh muslim menguak realitas tentang Cina yang makin menghormati hak warga menjalankan keyakinan agamanya. Bahkan, setiap ibadah shalat Jum'at berkumpul hinģga mencapai 150 ribu orang dan meluber ke jalan raya.

"Tidak ada masalah di sini, setiap pekan kami menggelar pengajian rutin di masjid ini yang diikuti masyatakat," ujar Syekh Maksum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement