Jumat 15 Mar 2019 02:25 WIB

Shah Jahan Pengagum Keindahan dan Cinta

Shah Jahan merupakan raja ke-5 Kerajaan Mogul di India.

Taj Mahal
Foto: Pawan Sharma/AP
Taj Mahal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shah Jahan merupakan raja ke-5 Kerajaan Mogul di India. Tatkala masih kanak-kanak, ia bernama Khurram. Ayahnya bernama Jahangir, raja Mogul ke-4 bergelar Nuruddin Muhammad al-Ghazi, yang memerintah pada tahun 1605-1627. Sedangkan ibunya bernama Nur Jahan.

Nama Shah Jahan berkibar di atas kemegahan bangunan-bangunan yang ia dirikan tatkala menjadi raja. Taj Mahal dan Masjid Jama adalah dua bangunan megah yang ia wariskan kepada dunia. Kini, buku-buku sejarah kekhalifahan Islam mencatat namanya sebagai raja yang berjasa pada peradaban manusia seluruhnya.

Baca Juga

Cinta. Itulah kata atau rasa yang mendorong sang Raja membangun karya-karya agung tersebut. Cinta kepada sang Pencipta, menuntunnya mendirikan Masjid Jama yang begitu megah dan cintanya kepada sang istri membuatnya untuk mendirikan Taj Mahal.

Di mata Shah Jahan, sang permaisuri, Arjuman Banu Begum, adalah sosok wanita sempurna. Tidak hanya cantik parasnya, tetapi juga luhur budi pekertinya, jernih pikirannya, lembut perangainya, lagi arif sikapnya. Ia berlaku adil kepada semua rakyatnya tanpa melihat perbedaan agama.

Namun demikian, sebagai seorang Muslimah, Banu Begum memberikan perhatian besar pada pembangunan masjid-masjid di wilayah kekuasaan Kerajaan Mogul. Konon, masjid-masjid yang dibangun di masa pemerintahan shah jahan merupakan permintaan sang permaisuri.

Namun, kebersamaan pasangan itu tidak berlangsung lama. Banu Begum yang berjuluk Mumtaz Mahal meninggal pada tahun 1631 saat melahirkan. Peristiwa itulah yang melahirkan karya agung berupa Taj Mahal, yaitu makam berkubah untuk mengenang seorang permaisuri tercinta.

Di masa kekuasaan shah jahan, Kerajaan Mogul mencapai puncak kejayaannya. Ia dikenal tegas dalam menindak pembesar kerajaan yang tidak jujur. Konon, shah jahan memelihara banyak ular berbisa. Ular-ular itu disediakan untuk menghukum mereka yang melakukan pelanggaran dan merugikan kerajaan dan rakyat.

Pada ranah sosial, kebijakan Shah jahan banyak dipengaruhi oleh kakeknya, Akbar Syah I (Raja ke-3, memerintah pada tahun 1556-1605), bahwa semua penganut agama diperlakukan secara sama. Kebijakan ini berimplikasi pada merebaknya kawin lintas agama. Di samping itu, banyak pegawai kerajaan yang tidak beragama Islam.

Kebijakan Shah Jahan itu dihapuskan oleh raja berikutnya, Aurangzeb, yang tidak lain adalah anak angkatnya. Di tangan Aurangzeb ini, nasib Shah Jahan tidak sebaik sebelumnya. Ia dipenjarakan oleh anak angkatnya itu karena Shah Jahan sebelumnya menghendaki Dara Siqah, yang menggantikannya.

Dara Siqah dibunuh oleh Aurangzeb dan setelah itu memenjarakan shah jahan hingga menemui ajalnya pada tahun 1666. Dengan menghapuskan kebijakan lama, Kerajaan Mogul berubah menjadi kerajaan bercorak Islam ortodoks. Sistem hukum dan perundang-undangan didasarkan pada hukum Islam.

Meskipun mayoritas rakyatnya tidak beragama Islam, namun Aurangzeb mampu mempertahankan keutuhan wilayah kerajaannya yang meliputi seluruh anak benua India. Sepeninggal Aurangzeb, Kerajaan Mogul makin melemah hingga akhirnya dihancurkan oleh penjajah Inggris pada tahun 1857.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement