Rabu 20 Feb 2019 11:00 WIB

Mengenal Ad-Dinawari, Bapak Botani dari Dunia Islam

DInawari dalam kitabnya al-Nabat memperlihatkan perkembangan botani dari dunia Islam.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Revolusi Pertanian Islam bergulir di era kekhalifahan, para insinyur Muslim berhasil mencapai kemajuan yang begitu gemilang dalam ilmu tumbuh-tumbuhan alias botani. Para ahli botani Muslim di zaman keemasan Islam mam pu menampilkan keahliannya dalam agronomi, agroteknik, meteorologi, klimatologi, hidrologi, penguasaan lahan, serta manajemen usaha pertanian.

Tak cuma itu, para ahli botani dan pertanian Muslim juga sudah menguasai beragam pengetahuan lainnya, seperti ekologi, pertanian, pedologi, irigasi, serta pengetahu an penunjang pertanian lainnya. Berkat penguasaan pengetahuan itulah, Revolusi Hijau yang dikembangkan dunia Islam mencapai puncak kesuksesan.

Salah seorang insinyur Muslim yang menjadi otak di balik kesuksesan Revolusi Hijau itu adalah ad- Dinawari (828-896 M). Toufic Fahd (1996), dalam bukunya bertajuk Bo tany and Agriculture menabal kan ad-Dinawari sebagai pendiri botani atau ilmu tumbuh-tumbuhan di dunia Islam. Sejatinya, dia layak ditahbiskan sebagai Bapak Botani.

Botani merupakan kajian saintifik untuk kehidupan tumbuhan. Sebagai satu cabang biologi, botani kadang kala dirujuk sebagai sains tumbuhan atau biologi tumbuhan. Botani merangkumi berbagai disiplin saintifik yang mengkaji struktur, pertumbuhan, pembiakan, metabolisme, perkembangan, penyakit, ekologi, dan evolusi tumbuhan. Sang insinyur telah menulis sebuah buku botani yang sangat menakjubkan pa da abad ke-9 M yang berjudul Kitab al-Nabat (Buku Tumbuhtumbuhan).

 

Dalam kitabnya itu, ad-Dinawari mam pu menjelaskan sekitar 637 jenis tanaman. ‘’Ad-Dina wari pun memba has evolusi tanaman mulai dari kemunculan hingga kematian,’‘ ungkap Taufic Fahd. Tak hanya itu, sang insinyur juga mengupas fase pertumbuhan tanaman, produksi bunga, dan buah.

Sejatinya, ad-Dinawari bernama lengkap Abu Hanifah Ahmad ibnu Dawud Dinawari. Insinyur asal Persia itu dikenal sebagai il muwan serbabisa. Selain sebagai perintis botani, ad-Dinawari juga dikenal menguasai beragam ilmu, seperti astronomi, pertanian, metalurgi, geografi, matematika, dan sejarah.

Ad-Dinawari terlahir pada ta hun 828 M di Kota Dinawar perbatasan antara wilayah Hamadan dan Ker manshahkini berada di Iran Barat. Ayahnya bernama Abu Hanifa Ahmad bin Dawud bin Wanand. Sang ilmuwan Muslim ini sejak kecil sudah menunjukkan minatnya yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Ia mempelajari beragam ilmu, seperti astronomi, mate matika, dan mekanik di Ishafan, Iran.

Selain itu, ilmu bahasa dan sastra juga telah membetot perhatian ad-Dinawari. Untuk mempelajari bahasa dan sastra, ad-Dinawari harus hijrah ke dua kota penting di Irak pada zaman kejayaan Dinasti Abbasiyah, yakni Kufah dan Bas rah. Sang ilmuwan Muslim fenomenal itu meninggal dunia pada 24 Juli 896 M di kota kelahirannya, Di na war. Nama ad-Dinawari pun diambil dari kota tempat kelahiran dan kematiannya.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement