Kamis 10 Jan 2019 05:35 WIB

Memahami Makna Khusyuk

Tatkala hati bersih maka luruslah segala tindakan.

Ribuan Jamaah sedang melakukan shalat subuh berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta (ilustrasi)
Foto:

Ali bin Abi Thalib mengemukakan pandangannya tengan khusyuk. Pendapatnya itu disampaikan mengomentari surah al-Mukminun ayat 2, yaitu: Orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya.   Menurutnya, yang dimaksud dengan khusyuk adalah ketenangan yang berada dalam hati.

Khusyuk itu akan menghindarkan seseorang dari perbuatan mengganggu orang yang shalat di sampingnya. Khusyuk juga bisa terlihat karena yang bersangkutan tak akan mengalihkan pandangannya dan tak akan menoleh ke arah mana pun selain ke tempat sujudnya. Oleh Ibnu Abbas, khusyuk yang dimaksud ayat tersebut diartikan sebagai sikap takut dan rasa ketenangan yang diperoleh seseorang ketika shalat.

Namun, ketenangan dalam sikap belum tentu cerminan dari kekhusyukan hati. Bahkan, justru ketenangan itu bisa menggambarkan fakta sebaliknya, yaitu kekosongan hati. Keadaan inilah yang diwanti-wanti oleh para salaf. Mereka menyebut, khusyuk kategori ini sebagai khusyuk nifaq, yaitu kekhusyukan palsu. Sebagian dari kalangan salaf meminta agar sikap tersebut dihindari.

Orang yang menampakkan kekhusyukan dalam shalat, padahal sama sekali tidak ada ketentangan di hatinya maka khusyuk yang ia tunjukkan tiada bermakna dan tak berguna. Umar bin Khattab pernah menegur seorang remaja yang tengah melaksanakan shalat.

 

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement