Jumat 07 Dec 2018 23:41 WIB

Menjadi Muslim yang Kuat

Kuat dalam aspek iman, fisik, finansial, dan politik.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manakah di antara sahabat Nabi Muhammad SAW yang tak pandai berperang? Carilah di antara mereka, mana yang tak bisa menunggang kuda, memanah, atau bermain pedang.

Secara umum, hampir seluruh sahabat Nabi SAW mempunyai keahlian tersebut. Memang merekalah orang yang sibuk beribadah, belajar Alquran, dan mengkaji hadis-hadis Nabi SAW. Namun di sisi lain, mereka adalah orang-orang kuat.

Sebut saja, sang panglima perang, Khalid bin Walid. Di samping menjadi seorang sahabat paling saleh, Khalid adalah seorang pejuang tak terkalahkan. Ia pernah memimpin 40 ribu pasukan kaum Muslimin yang mampu mengalahkan 240 ribu pasukan Romawi.

Keberanian sang panglima benar-benar membuat musuhnya gentar. Khalid bersama 200 orang pasukan berkuda, nekat menerobos 120 ribu pasukan Romawi. Ia membabat habis puluhan ribu pasukan Romawi. Khalid tak hanya saleh dan ahli ibadah, tetapi kuat dan berani dari segi fisik.

 

Inilah yang menjadikan para sahabat begitu mulia. Di samping mereka kuat dari segi keimanan, mereka juga kuat dalam hal duniawi. Inilah yang dipesankan Rasulullah SAW, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Nasa'i).

Bukannya Allah SWT tak mencintai mukmin yang lemah. Namun, ketika mukmin yang kuat disandingkan dengan mukmin yang lemah, tentulah mereka yang kuat mendapat kecintaan lebih dari Allah SWT. Kuat dalam artian bukan hanya kuat iman. Definisi kuat dalam hadis ini mencakup kekuatan fisik, finansial, ekonomi, politik, dan seterusnya.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement