Rabu 05 Dec 2018 16:34 WIB

Dalam Islam, Petir Bukan Sekadar Fenomena Alam

Para ilmuwan modern sudah banyak meneliti tentang kedahsyatan petir.

Petir
Foto: Reuters/Jorge Cabrera
Petir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam meyakini petir dimaknai bukan sekadar peristiwa alam semata. Petir atau guruh diabadikan menjadi salah satu nama surah dalam Alquran, yaitu surah ke-13, ar-Ra'du. Setidaknya, ada tiga istilah dalam Alquran yang merujuk pada makna petir, yaitu ar-ra'du, ash-showa'iq, dan al-barq.

Para ahli tafsir mendefinisikan ar-ra'du lebih dekat dengan makna suara petir atau geledek. Sedangkan, ash-shawa'iq dan al-barq maknanya lebih dekat untuk istilah kilatan petir, yaitu cahaya yang muncul beberapa saat sebelum adanya suara petir. Demikian dipaparkan Dr Muhammad Luqman As Salafi dalam Rasy Al-Barad Syarh Al-Adab Al Mufrod (381).

Menurut para ilmuwan, energi yang dilepas oleh sekali kilatan petir lebih besar dari pada energi yang dihasilkan seluruh pembangkit listrik di Amerika. Satu kilatan petir dapat menyalakan 100 watt bola lampu selama lebih dari tiga bulan. Di samping itu, petir juga menghasilkan molekul nitrogen yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan di bumi untuk menunjang kehidupannya.

Petir bergerak pada kecepatan 150 ribu km/detik, hampir setengah kecepatan cahaya dan 100 ribu kali lebih cepat dari kecepatan suara. Sedangkan, suara yang dilepaskan oleh satu kilatan lebih besar dari pada cahaya 10 juta bola lampu berdaya 100 watt.

Para ilmuwan modern sudah banyak meneliti tentang kedahsyatan kilatan cahaya yang dihasilkan petir. Petir bagaikan kapasitor raksasa, lempeng pertama adalah awan yang beradu dengan lempeng kedua adalah bumi. Menurut ilmuwan, petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), yaitu ketika salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan positif. Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya.

Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus-menerus secara teratur dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya, sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah) dan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement