Senin 03 Dec 2018 23:21 WIB

Gaya Arsitektur Masjid Terus Berevolusi

Desainnya tak melulu dengan gaya khas Timur Tengah

Masjid Penzberg
Masjid Penzberg

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya arsitektur masjid terus berevolusi. Tak melulu tampil dengan gaya khas Timur Tengah, tempat ibadah umat Islam ini ternyata bisa dibangun dengan beragam gaya arsitektur. Tak terkecuali, gaya arsitektur kontemporer.

Arsitektur kontemporer diartikan sebagai karya arsitektur yang inovatif, baru, khas, dan berbeda, baik dari segi desain visual, corak, atau motif yang dimiliki. Gaya yang berkembang mulai tahun 1940-an ini juga diterjemahkan dengan istilah arsitektur modern.

Meski sebagian orang masih memandang aneh namun gaya modern kontemporer pada masjid diperkirakan bakal menjadi tren. Diyakini, meski bergaya kontemporer, masjid tak lantas kehilangan nuansa spiritualnya. Artinya, dengan desain kontemporer pun, masjid tetap mampu menghadirkan suasana yang kondusif untuk beribadah.

Saat ini, masjid yang mengaplikasikan desain kontemporer mulai bermunculan di berbagai penjuru dunia. Tiga di antaranya akan kita sambangi bersama-sama.

Masjid Penzberg

Berlokasi di Bichlerstrasse 15, Penzberg, Jerman, masjid ini mengusung gaya kontemporer yang sarat dengan sentuhan seni Islami. Penzberg adalah kota di selatan Jerman yang berpenduduk sekitar 16 ribu jiwa.

Ia terhampar di kaki Pegunungan Alpen. Di kota ini, Muslim yang hanya berjumlah sekitar seribu jiwa merupakan kelompok minoritas. Komunitas Muslim setempat kebanyakan berasal dari Albania, Turki, dan Bosnia.

Diresmikan pada September 2005, masjid yang diberi nama Forum Islam ini dibangun berkat sumbangan dana dari Sultan bin Muhammad Al-Qassimi, emir dari Uni Emirat Arab (UEA). Perancang masjid ini adalah Alen Jasarevic, arsitek Muslim keturunan Bosnia.

Berbeda dengan kebanyakan masjid lainnya di Jerman yang mengusung gaya arsitektur Turki Utsmani, Jasarevic merancang masjid ini dengan gaya kontemporer. Ketika masjid-masjid lainnya dilengkapi kubah dan menara, Masjid Penzberg lebih memilih untuk tidak memiliki kedua ornamen tradisional masjid tersebut.

Jasarevic berpendapat, masjid dengan gaya kontemporer lebih dapat diterima di Eropa daripada gaya arsitektur lainnya. Selain inovatif, hal ini sejalan dengan harapan Muslim Penzberg yang menginginkan sebuah masjid yang dapat diterima masyarakat sekitarnya. Masjid ini pun pernah menyabet penghargaan sebagai karya arsitektur terbaik di kawasan Bavaria, Jerman.

Masjid Assyafaah

Pertama kali melihat masjid ini, mungkin banyak orang merasa heran. Ya, karena bangunan ini tak tampak seperti masjid pada umumnya.

Desain Masjid Assyafaah mencoba menyatu dengan lingkungannya di Sembawang Estate, bagian utara Singapura. Berada di tengah masyarakat yang multietnis, desain masjid ini pun diselaraskan dengan keberagaman tersebut. Sengaja tak menghadirkan arsitektur Melayu ataupun Timur Tengah, masjid ini memilih hadir dengan gaya kontemporer.

Sebagai bangunan yang mencoba selaras dengan lingkungan, budaya, dan zaman, elemen-elemen modern sangat menonjol pada masjid yang memiliki empat lantai dan satu basemen ini. Dominasi material beton pada struktur utama dikombinasikan dengan penggunaan alumunium, baja, dan kaca pada detail-detail arsitektur lainnya.

Pola-pola Arabesk pun muncul dengan cara baru. Pola-pola ini muncul dengan pengulangan bentuk geometris, baik pada kulit bangunan maupun detail interior. Menara pun tampil modern.

Islam sejatinya tidak pernah menunjuk pada sebuah kebudayaan tertentu. Maka, arsitektur bangunan Islam pun tak pernah menunjuk pada satu langgam arsitektur tertentu. Nilai-nilai Islam yang bersifat universal pastinya dapat diaplikasikan pada semua budaya, wilayah, dan zaman, asalkan sesuai dengan syariat Islam. Hal inilah yang coba diangkat oleh Forum Architect, desainer Masjid Assyafaah.

Masjid al-Irsyad

Masjid di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung, ini merupakan karya arsitek kenamaan Ridwan Kamil. Mulai dibangun pada 7 September 2009 dan diresmikan setahun kemudian, masjid ini terinspirasi oleh Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah. Pada 2010, masjid ini meraih predikat sebagai satu dari lima bangunan terbaik dunia untuk kategori “religious architecture” versi National Frame Building Association. Konsep bangunannya yang ramah lingkungan pun menjadikan masjid ini diganjar penghargaan FuturArc Green Leadership Award 2011 oleh Building Construction Information (BCI) Asia.

Masjid ini merupakan satu mahakarya seni bangunan kontemporer yang mendobrak pakem-pakem tradisi bentuk masjid. Berbagai penghargaan kelas dunia yang telah disematkan padanya membuktikan bahwa masjid ini tidak dibangun untuk sekadar tampil beda.

Seperti kebanyakan masjid kontemporer lainnya, masjid ini pun tak berkubah. Di berbagai media, sang arsitek mengatakan, kubah hanya bagian dari identitas budaya. Karena itu, dia lebih memilih menampilkan identitas keislaman melalui kalimat syahadat raksasa. Kalimat ini ditampilkannya melalui susunan bata pembentuk dinding masjid.

Karena keunikan bangunannya, Masjid al-Irsyad kerap dikunjungi umat Islam dari berbagai tempat. Tak hanya dari Bandung, Jakarta, atau luar Jawa, tapi juga dari mancanegara.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement