Senin 19 Nov 2018 18:36 WIB

Hindari Meminta-minta

Rasul SAW mengecam umat Islam yang suka meminta-minta.

Pengemis
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pengemis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi seorang Muslim menjaga kehormatan dengan tidak meminta-minta kepada orang lain merupakan suatu kewajiban. Allah SWT lebih senang melihat hambanya yang banting tulang mencari rezeki yang halal. Kendatipun upah yang ia dapatkan dari kerja kerasnya tersebut tidaklah seberapa. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah sayang ketika melihat hamba-Nya lelah dalam mencari (rezeki) yang halal” (HR Ad Dailami).

Hal ini juga menjadi tafsir dari salah satu ayat iyyaka na’budu, wa iyyaka nasta’iin (hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan) dalam surah al-Fatihah.

Seorang Muslim hanya boleh menggantungkan pengharapan dan pertolongannya kepada Allah semata. Beginilah harusnya seorang Muslim menjadikan Allah sebagai tempat bergantung. Dan siapa yang berharap kepada Allah, pasti dijanjikan tidak akan pernah kecewa.

Allah SWT berjanji akan memberikan ganjaran surga bagi mereka yang hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya pelabuhan harapan dan permohonannya. Rasulullah SAW dalam hadis qudsi mengatakan, “Siapa yang memberikan jaminan kepada-Ku bahwa dia tidak akan meminta sesuatu kepada orang lain. Maka, Aku juga menjamin untuknya surga.” (HR Abu Daud dan Hakim)

Lantas, bagaimana jika berada dalam kondisi yang sangat terpaksa?

Demikianlah seperti yang dirasakan salah seorang sahabat, Qabishah bin Mukhariq Al Hilal. Ketika ia tidak mampu lagi menunaikan nafkahnya lantaran beratnya beban hidup yang melandanya, Rasulullah pun memberikannya tiga syarat. “Hai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh, kecuali bagi salah satu dari tiga golongan. Pertama, orang yang memikul beban tanggungan yang berat di luar kemampuannya. Maka, dia boleh meminta-minta sampai sekadar cukup, lalu berhenti. Kedua, orang yang tertimpa musibah yang menghabiskan seluruh hartanya. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Ketiga, orang yang tertimpa kemiskinan sehingga tiga orang yang sehat pikirannya dari kaumnya menganggapnya benar-benar sangat miskin. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Sedangkan selain dari ketiga golongan tersebut hai Qabishah maka meminta-minta itu haram, hasilnya bila dimakan juga haram.” (HR Muslim).

Dari hadis tersebut, jelas dipaparkan bahwa mengemis hanya boleh dilakukan jika benar-benar dalam keadaan terpaksa. Itu pun hanya sekadar pelepas kebutuhan yang sangat pokok, seperti makan dan minum. Jadi jelas, mengemis bukan sebagai profesi. Allah mengecam mereka yang malah keasyikan mengemis. Allah mengharamkan uang hasil mengemis yang sejatinya ia mampu bekerja tapi pemalas. Mereka yang menjadikan pengemis sebagai profesi karena dapat dengan mudah mendapatkan uang tanpa harus bekerja keras.

Allah merahmati seorang ibu yang memilih menjadi buruh cuci ketimbang mengemis di bis-bis kota. Allah merahmati pemuda yang memilih menjadi kuli kasar bangunan ketimbang di jalanan mengumpulkan belas kasihan orang lain. Allah juga merahmati, mereka yang memberikan pendidikan keterampilan kepada orang cacat sehingga dengan keterbatasan, mereka bisa mandiri tanpa harus mengemis atau membebani orang lain. Allah merahmati penguasa yang mendidik dan memperhatikan para pengusaha kecil yang mencoba bangkit dari kemiskinan. Demikian juga, Allah mengancam mereka yang tidak mau peduli dengan lingkungannya sehingga menyebabkan orang miskin di sekitarnya putus asa dan memilih mengemis. Rasullullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman orang yang dapat tidur dengan perut kenyang, sementara tetangganya kelaparan, sedangkan ia mengetahui itu.” (HR Bazzar).

Beban hidup semakin hari memang semakin berat. Belum lagi musibah yang datang silih berganti. Seperti halnya banjir yang dalam sejenak menghancurkan perabotan rumah tangga. Dalam sesaat saja, banyak yang kehilangan harta benda. Namun, tidak dengan alasan itu pula seorang Muslim memilih jalan pintas sebagai pengemis. Anggaplah itu sebagai ujian Allah untuk meningkatkan derajat keimanan hamba-Nya.

Allah berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan (makanan). Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS al-Baqarah [2]:115).

Di Ibu Kota sendiri, semakin hari jumlah pengemis semakin bertambah. Tak jarang pula, banyak di antara pengemis tersebut yang masih sehat, muda, dan bugar. Ada juga wanita yang membawa anak kecil untuk menambah kesan iba kepada orang yang melihat. Padahal, dalam beberapa kasus yang diungkap media, anak tersebut bukanlah anaknya. Banyak pengemis “menyewa” anak-anak dengan tujuan bisa menciptakan visualisasi menyedihkan terhadap dirinya.

Andaikan saja, para pemimpin mau lebih memperhatikan para pengemis ini. Tentu yang mereka butuhkan bukanlah uang recehan, melainkan pendidikan dari para pemimpin dan mereka yang perhatian terhadap lingkungan sosial.

Seperti yang dicontohkan Rasulullah ketika mendapati seorang pemuda yang segar bugar tapi mengemis. Rasulullah menanyakan, apakah masih ada harta yang ia miliki. Ia menjawab, hanya mempunyai sehelai kain yang sudah usang.

Rasulullah pun menyuruhnya untuk pulang mengambil kain tersebut. Setelah itu, kain tersebut pun dilelang orang Rasulullah di hadapan beberapa orang sahabat. Salah seorang sahabat membeli kain tersebut dengan harga cukup tinggi dengan maksud bersedekah kepada pemuda tadi. Uang hasil lelang tersebut diserahkan Rasulullah kepada si pengemis muda seraya menyuruhnya membeli kapak. Setelah itu, ia pun memulai profesi barunya sebagai tukang kayu hingga akhirnya ia bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak, kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya di atas punggungnya, itu lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, kemudian dia diberi atau ditolak.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pendidikan seperti inilah yang dibutuhkan orang yang meminta-minta. Seberapa banyakkah umat Islam yang mau meniru langkah yang diambil Rasulullah? Andai seluruh orang kaya serempak melakukan hal yang sama, tentu para pengemis akan berkurang.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement