Jumat 16 Nov 2018 18:17 WIB

Mengenal Sang Pelopor Astronomi Terapan

Andalusia pernah menjadi pusat keilmuan paling maju di dunia.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang abad pertengahan, Andalusia pernah menjadi pusat keilmuan paling maju di dunia. Banyak intelektual Muslim di negeri ini melahirkan karya-karya ilmiah yang mampu membawa perubahan besar bagi peradaban manusia. Berkat pengaruh dan kontribusi keilmuan mereka pula, bangsa Eropa kemudian berhasil memasuki era pencerahannya.

Pada zamannya, kaum Muslim di Anda lusia tidak hanya memiliki keunggulan di bidang kesusastraan Arab, tetapi juga menguasai hukum Islam, matematika, arsitektur, seni, filsafat, psikologi, biologi, botani, zoologi, kedokteran, ilmu kelautan, dan astronomi. Negeri ini telah menghasilkan banyak sekali bintang yang berkilau dalam sejarah dunia. Salah satu bintang yang bersinar itu adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Yahya an-Naqqash al-Zarqali — yang dijuluki sebagai Bapak Pe lopor Astronomi Terapan.

Al-Zarqali, atau dalam dunia Barat lebih dikenal dengan sebutan Arzachel, lahir pada abad ke-11 di Toledo (sebuah kota yang terletak di kawasan tengah Spanyol sekarang —red). Semasa mudanya, ia pernah bekerja sebagai mekanik dan perajin logam. Nama keluarga al-Zarqali sendiri, yakni an-Naq qash, memiliki arti "sang pemahat".

Semangat dan perhatiannya yang besar ter hadap dunia keilmuan, membuat al-Zar qali tumbuh menjadi seorang intelektual be sar di zamannya. Selama tinggal di kota kela hir annya, Toledo, ia telah menghasilkan se jumlah penemuan inovatif di berbagai bidang ilmu, terutama astronomi modern. Peralat an-peralatan astronomi hasil temuannya bahkan terus digunakan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia sampai hari ini.

Pada 1060, di bawah bimbingan qadi Toledo yang juga ilmuwan matematika, Said al-Andalusi, al- Zarqali bekerja sebagai pembuat instrumen untuk berbagai keperluan ilmiah. Hasil karya instrumennya yang sempurna membuat para ilmuwan Muslim dan Yahudi di Toledo pada masa itu merasa sangat terkesan dengan kecerdasan yang dimiliki al-Zarqali. Padahal, ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal apa pun semasa hidupnya.

Al-Zarqali adalah seorang pembelajar yang autodidak. Ia mengumpulkan sendiri semua bahan pelajaran yang dia butuhkan untuk menambah wawasannya dan mengasah kemampuan intelektualnya. Pada 1062, al-Zarqali diangkat menjadi anggota tim ilmuwan muda yang diprakarsai oleh Said al-Andalusi. Tak lama kemudian, dia pun ditunjuk menjadi pemimpin kelompok tersebut dan diminta untuk mengajar para seniornya, termasuk Said al-Andalusi sendiri.

Salah satu mahakarya yang pernah dihasilkan tim ilmuwan Muslim dan Yahudi bentukan Said al- Andalusi ini adalah Tabel Toledo, yaitu tabel astronomi yang digunakan untuk memprediksi pergerakan matahari, bulan, dan planet yang relatif terhadap bintang-bintang tetap. Dalam kamus asronomi modern, tabel semacam ini juga dikenal dengan istilah "efemeris".

Tabel Toledo disempurnakan oleh al-Zarqali pada 1080. Dua abad berikutnya, di masa pemerintahan Raja Alfonso X dari Kastilia (1252–1284), Tabel Toledo yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin diakui secara universal oleh masyarakat Eropa sebagai alat ukur yang digunakan untuk memprediksi fenomena astronomi gerhana dan pergerakan benda-benda langit. Semua tabel astronomi yang muncul di Eropa pada masa sesudahnya, juga didasarkan pada hasil perhitungan al-Zarqali.

Pada 1088, al-Zarqali menelurkan karya ilmiahnya yang masyhur, yakni Almanak. Dalam karyanya tersebut, ia berhasil menjelaskan secara perinci posisi harian matahari, bulan, dan planetplanet dalam kurun tahun 1088-1092. Selain itu, al- Zarqali adalah orang pertama yang berhasil mengukur panjang Laut Mediterania secara akurat.

Berdasarkan hasil perhitungannya, ia menyimpulkan bahwa panjang Laut Mediterania yang sebenarnya adalah 42 derajat, bukan 62 derajat seperti yang diklaim Ptolemy (astronom Romawi yang hidup antara 90-168 Masehi).

Al-Zarqali juga menjadi ilmuwan perta ma yang memperkenalkan teori bentuk elips pada orbit planet-planet. Teorinya itu muncul jauh sebelum Johannes Kepler mengeluarkan teori serupa, 500 tahun sesudahnya. Berkat berbagai penemuan al- Zarqali, Toledo pun sempat ditahbiskan sebagai pusat pengamatan ilmiah yang sangat penting bagi negara-negara Eropa lainnya pada masa itu.

Karya-karya yang ditelurkan al-Zarqali semasa hidupnya membawa pengaruh besar terhadap pemikiran para ilmuwan Muslim dan non-Muslim generasi sesudahnya. Sebut saja Ibnu Rusyd, Ibnu Tufail, Ibnu Bajjah, al-Betrugi, Nicolaus Copernicus, Jacob Ziegler, dan Abraham Zacuto. Bahkan, untuk menghormati jasa al-Zarqali yang begitu besar bagi peradaban manusia, Lembaga Antarik sa AS (NASA) pun sampai-sampai menamai salah satu kawah yang ada di bulan dengan nama Arzachel.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement