Rabu 07 Nov 2018 06:00 WIB

Doa Rasulullah untuk Keluarga Zaid bin Ashim

Keluarga Zaid bin Ashim penduduk Madinah yang pertama beriman.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Mengingat Allah Ilustrasi.
Foto:

Dua orang utusan Musailamah mengantarkan surat itu ke Madinah. Sesampainya mereka di kota tujuan, Rasulullah menerima dan menyimak isi surat itu. Kemudian, Nabi bertanya kepada utusan Musailamah.

"Apa pendapat kalian tentang surat ini? Kami sependapat dengan Musailamah!

tegas kedua orang utusan itu.

"Demi Allah, seandainya tidak dilarang membunuh para utusan, telah kupenggal leher kalian," ujar Rasulullah .

Nabi Muhammad memerintahkan agar membalas surat Musailamah sebagai berikut: Dengan nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Dari Muhammad Rasulullah, kepada Musailamah al-Kadzab (pembohong). Keselamatan hanya bagi siapa yang mengikuti petunjuk yang benar.

Selanjutnya, sesungguhnya bumi ini adalah milik Allah. Dialah yang berhak mewariskan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Kemenangan adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Surat balasan itu dikirimkan beliau melalui dua utusan Musailamah tersebut.

Sesampainya di Najd, Musailamah membaca surat kiriman dari Rasulullah. Namun, tidak ada jawaban kecuali bertambahnya kesombongan Musailamah. Lantaran itu, Rasulullah kembali mengirimkan surat kepada Musailamah.

Tujuannya agar nabi palsu ini menghentikan segala provokasi yang menyesatkan. Untuk mengantarkan surat ini ke Najd, Rasulullah menunjuk Habib bin Zaid. Waktu itu, Habib merupakan seorang remaja yang terkenal sigap dan tangguh.

Maka, berangkatlah Habib bin Zaid demi memenuhi tugas amanat dari Rasulullah. Ia menempuh perjalanan yang berat dan curam.

Setibanya di Najd, ia langsung menuju markas Bani Hanifah menyampaikan surat dari Rasulullah kepada si nabi palsu, Musailamah al-Kadzab.

Begitu menerima surat dari tangan Habib bin Zaid, wajah Musailamah langsung merah padam. Baginya, Rasulullah sudah menghina kehormatan dirinya dan fanatisme kesukuannya.

Berbeda dengan sikap Islam terhadap utus an-utusan diplomasi, Musailamah memerintahkan pengikutnya agar meringkus Habib bin Zaid. Pemuda Muslim ini pun menjalani kurungan selama satu malam.

Eksekusi Keesokan harinya, Musailamah mengumpulkan seluruh pengikutnya. Habib bin Zaid dipanggil keluar, namun masih dalam kondisi dibelenggu rantai besi yang berat. Tetap saja Habib bin Zaid tampil tegap dan tidak tunduk di hadapan nabi palsu.

"Apakah kamu mengakui Muhammad itu Rasulullah? kata Musailamah membentak kepada Habib bin Zaid.

"Ya benar. Saya mengakui Muhammad se sungguhnya Rasulullah! jawab Habib tegas.

Mendengarnya, gejolak amarah Musailamah kian meningkat. "Jadi, apakah kamu mengakui saya adalah utusan Allah juga bentaknya lagi."

Habib bin Zaid tersenyum sinis. Dengan nada merendahkan, ia menjawab, Mungkin telinga saya tuli. Saya tidak pernah mendengar yang begitu! Maksudnya, ucapan Musailamah tadi sungguh-sungguh tidak pantas."

Wajah Musailamah semakin memerah. Bibirnya bergetar menahan luapan amarah.

"Potong tubuhnya sepotong!" perintah Musailamah al-Kadzab kepada seorang pengi kut nya yang bertugas sebagai algojo.

Algojo dengan cepat memotong lengan Habib bin Zaid. Bagian tubuh itu jatuh dan menggelinding di atas tanah. "Sekarang, kamu mengakui Muhammad itu Rasulullah? tanya Musailamah lagi.

"Ya, saya mengakui Muhammad utusan Allah! jawab Habib tegas. Baginya, kehilangan anggota tubuh tidak sedikit pun memudarkan tekad tauhid.

"Apakah kamu mengakui saya juga utusan Allah? tanya Musailamah dengan berang.

"Sudah kukatakan kepadamu. Mungkin saya telinga tuli sehingga tidak pernah men?

dengar ucapan itu, jawab Habib bin Ziad tegas. Ia memandang Musailamah yang mengaku-ngaku seorang nabi begitu hina dan tidak lain kecuali kebohongan.

Musailamah lantas menyuruh algojo un tuk memotong lagi bagian tubuh Habib yang lain. Potongan itu kembali jatuh dan menggelindung tak jauh dari potongan tubuh Habib yang pertama.

Para pengikut Musailamah bersorak- sorai. Di pihak lain, mereka juga heran dengan keteguhan sikap Habib bin Zaid. Musailamah terus bertanya hal yang sama kepada Habib.

Ayunan pedang algojo pun terus memotong-motong bagian tubuh Habib lantaran tidak satu kali pun ia mengakui kenabian sang pembohong, Musailamah al-Kadzab. Habib tetap berkata, "Aku mengakui sesungguhnya Muhammad itu Rasulullah.

Akhirnya, Habib mengembuskan napas terakhir. Sebelum meninggal dunia, lisannya mengucapkan dua kalimat syahadat, Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement