Sabtu 20 Oct 2018 14:41 WIB

Mesir Modern ala Ali Pasha

Tidak ada yang meragukan kontribusi Muhammad Ali Pasha dalam membangun Mesir

Sungai Nil yang membelah kota Kairo, Mesir.
Foto: Republika/Rusdi Nurdiansyah
Sungai Nil yang membelah kota Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski bukan berstatus sebagai orang Mesir asli, tidak ada yang meragukan kontribusi Muhammad Ali Pasha dalam membangun Mesir modern. Anak dari keluarga Turki ini berhasil menjadikan Mesir sebagai semacam Parisnya Timur Tengah ketika itu.

Modernisasi sistem dan administrasi negara yang digalakkannya menjadikan Mesir menjadi negara maju yang disegani dunia luar. Dilansir dari buku Ensiklopedia Peradaban Islamkarya Dr Muhammad Syafii Antonio, Muhammad Ali lahir di Kavalla, Makedonia, pada 1769.

Ali mempunyai orang tua yang berprofesi sebagai pedagang rokok eceran.Mereka pun hidup dalam keadaan kurang mampu. Kondisi ini mendorong Ali bekerja keras sejak kecil. Dia pun tak sempat mengenyam pendidikan karena sibuk membantu orang tua menjadi penjual tembakau dan pemungut pajak.

Beranjak dewasa, Ali masih menjadi pengumpul pajak. Nasib baik dan kegigihannya dalam bekerja membawanya menjadi menantu salah satu gubernur Turki Utsmani.

Setelah itu, dia masuk dinas militer.Kariernya terus menanjak di dunia tentara. Ketika Turki Utsmani mengirim pasukan ke Mesir, Ali Pasha menjadi wakil perwira. Dia mengepalai pasukan ekspedisi tersebut. Saat bertempur dengan Prancis, Ali menunjukkan keberanian yang luar biasa. Pangkatnya lantas dinaikkan menjadi setingkat kolonel.

Setelah Prancis berhasil diusir dari Mesir pada 1801, terjadi kekosongan kepemimpinan di negeri itu. Ali lantas berinisiatif untuk menduduki kursi sebagai gubernur Mesir.Ali yang ahli strategi berhasil merebut simpati rakyat untuk mendukungnya menjadi gubernur. Sebelum melakukan program pembangunan, Ali terlebih dahulu menyingkirkan pesaingnya, yakni kaum Mamluk.

Setelah itu, dia memulai pembangunan, terutama di bidang militer. Untuk memodernisasi kemampuan militer, Ali menyadari dia harus memiliki pengetahuan modern.Dia pun mengutus seorang kolonel Prancis bernama Save--yang kemudian menjadi mualaf dengan nama Sulayman Pasha-- untuk memodernisasi angkatan perang Mesir.

Selama memerintah pada 1805-1848, Ali memperkuat Mesir di segala lini. Pada 1815, dia membangun sekolah militer di Kairo. Tak cukup dengan itu, dia membangun Akademi Industri Bahari dan Sekolah Perwira Angkatan Laut di Iskandaria.

Sebagian infrastruktur didatangkan dari Eropa. Senjata-senjata juga diimpor dari Inggris dan dan Jerman. Ratusan perwira Mesir pun dikirim ke Eropa untuk menimba ilmu ke militeran. Tak hanya itu, Ali membuat sistem baru berupa wajib militer bagi para petani.Terutama mereka yang berada di luar daerah.Semua perubahan tersebut berhasil membuat kekuatan militer Mesir cukup di segani.

Ali melancarkan serangan militer pertama kepada kelompok Wahabi di Arab Saudi pada 1811-1818.Serangan kedua ditandai dengan pengibaran bendera Mesir di Sudan Timur. Serangan ini masih berlanjut hingga sesudah masa Muhammad Ali. Serangan ketiga dilakukan angkatan laut Mesir bekerja sama dengan kekuatan Porte untuk melawan Yunani.

Muhammad Ali Pasha sangat yakin kemajuan Eropa terletak pada kekuatan ekonomi dan militernya. Maka dari itu, Ali juga mengirimkan sebuah misi khusus ke Inggris untuk mempelajari mekanika. Gagasan renessance militer Muhammad Ali menjadi pembuka jalan bagi pergerakan revivalisme ilmu pengetahuan dan sastra.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement