Rabu 17 Oct 2018 09:42 WIB

Sejak Kapan Orang Hadhramaut Datang ke Nusantara?

Islamisasi Nusantara tak lepas dari peran Hadhrami

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Al Habib Umar bin Hafidz dari Hadramaut saat menyampaikan ceramahnya saat Tabligh Akbar Majelis Rasulullah di Monas, Jakarta, Senin (8/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Al Habib Umar bin Hafidz dari Hadramaut saat menyampaikan ceramahnya saat Tabligh Akbar Majelis Rasulullah di Monas, Jakarta, Senin (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Jauh sebelum abad ke-15 alias Age of Discovery, orang-orang Hadhrami mulai menyebar ke pantai-pantai Asia, termasuk Nusantara. Menurut Syed Farid Alatas dalam uraiannya, Hadhramaut and the Hadhrami Diaspora: Problems in Theoretical History, proses Islamisasi pelbagai wilayah di pesisir Samudra Hindia tidak lepas dari peran migrasi komunitas asal Hadhramaut. 

Dia menjelaskan, para ulama Alawiyin membagi perkembangan sejarah mereka ke dalam empat tahap. Pertama, masa sejak abad kesembilan hingga ke-13. Kala itu, Ahmad bin Isa dan kemudian cucunya, Alwi bin Ubaidillah, memimpin masyarakat Hadhramaut. 

Kaum Alawiyin masih belum mengikuti tarekat sufi tertentu dan tidak bermazhab Imam Syafii, sekalipun kerap mengeluarkan fatwa yang sejalan dengan aliran fiqih tersebut. 

Kedua, era sejak abad ke-13 hingga ke-17. Pada masa ini, komunitas Alawiyin mulai mengembangkan tarekat al-Alawiyyah. Ciri-cirinya lebih longgar, tidak “menjauhi kerumunan” bila dibandingkan tarekat-tarekat lainnya. 

Syed Farid menyebut, itulah satu-satunya tarekat yang di dalamnya persoalan keturunan (nasab)menjadi identitas penting. Pengadopsian jalan sufi itu dirintis sejak Ustaz al-Adhham Muhammad al-Faqih memeroleh ijazah al-khirqa dari Syekh Abu Madyan Syuaib bin al-Husain. Al-Faqih merupakan muqaddam dari generasi ke-13 keturunan Ali bin Abi Thalib. 

Ketiga, terjadi sejak akhir abad ke-17 hingga ke-20. Pada masa inilah sebutan habib mulai tenar. Masyarakat tempatan mengucapkan gelar itu untuk merujuk pada alim ulama panutan dari Alawiyin. Menurut Syed Farid, dalam periode tersebut terjadi gelombang perpindahan komunitas Hadhramaut ke India dan Asia Tenggara. Keempat, merupakan era kontemporer atau pasca-kolonial. 

Periodisasi tersebut lebih dikerucutkan lagi oleh Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zein Umar bin Smith. Organisasi tersebut bertujuan antara lain mendata keturunan Rasulullah SAW di Indonesia. 

Dalam konteks Islamisasi Indonesia, arus kedatangan kaum Alawiyin dapat dikelompokkan menjadi dua gelombang, yakni periode sejak abad ke-13 dan sejak abad ke-19. Bedanya, gelombang pertama itu berlabuh di India untuk kemudian berkembang hingga ke Campa (Indocina) dan Kepulauan Nusantara. 

Adapun gelombang kedua terjadi setelah arus migrasi orang-orang Hadhrami sempat terputus beberapa abad lamanya. Di era modern tersebut, lantaran perkembangan teknologi pula, gelombang kedatangan kaum Alawiyin kembali berlangsung. Kali ini, kehadiran mereka tidak transit ke India terlebih dahulu, tetapi langsung dari Arab Selatan ke pulau-pulau besar di Indonesia. 

Pada akhirnya, jelas Habib Zein, generasi itulah yang ikut menyokong pergerakan nasional menuju Indonesia Merdeka. Banyak pula tokoh sayyid yang namanya harum dikenang sebagai pejuang-pejuang bangsa.

  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement