Senin 08 Oct 2018 19:12 WIB

Kisah Ubin Belanda di Sabil Khuttub

Sejarahwan Belanda berhasil mengumpulkan catatan sejarah soal itu.

 Suasana kota mati atau bangunan kuburan yang terletak di Kota Kairo, Mesir, Selasa (9/9).  (Republika/Agung Supriyanto)
Suasana kota mati atau bangunan kuburan yang terletak di Kota Kairo, Mesir, Selasa (9/9). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Fitur yang dinilai paling mengejutkan dalam bangunan Sabil Khuttub adalah susunan ubin Belanda berwarna biru-putih.Beberapa tampil dengan lukisan bunga mawar, tetapi ada juga lukisan pemandangan yang menggambarkan kehidupan sehari-hari orang Belanda.

Dalam susunan ubin itu terdapat pemandangan kota, desa, menara lonceng, gerbang, istana, jembatan, rumah, dan kincir angin.Dalam lusikan itu pula terlihat pria dan wanita bekerja di ladang, menunggang kuda, berburu dengan anjing, ikan, dan perahu dayung.

Lantas, bagaimana ceritanya sehingga 2.500 ubin yang diproduksi di Amsterdam itu bisa dipakai di Kairo? Sarjana Belanda, Hans Theunissen telah mengumpulkan catatan sejarah terkait hal ini, yang dia terbitkan pada tahun 2006.

Menurut dia, pada Oktober 1756, setahun sebelum Sultan Mustafa III naik takhta, pendahulunya, Sultan Osman III, memerintahkan penguasa Turki Utsmani di Beograd untuk mengirim 12 peti ubin keramik ke Istanbul.Ubin itu dibeli di Wina, Austria untuk dekorasi bangunan kesultanan.

Saat itu, Belanda menjadi negara terdepan yang memproduksi ubin dinding, sedangkan Wina menjadi pusat perdagangan untuk ubin Belanda tersebut.Karena itu, kata Theunissen, ubin yang digunakan di sabil-kuttab tersebut adalah ubin dari Belanda.

Selama pemerintahan Osman III, ubin Belanda identik dengan lukisan segenggam bunga mawar yang kini dapat dilihat pada dinding di sabil Mustafa III.Kemungkinan, Sultan Mustafa III mewarisi ubin Delft Blue dari dari para pendahulunya tersebut.Delft Blue adalah keramik terkenal di dunia yang telah diproduksi di Kota Delft, Belanda sejak abad ke-17.

Delft Blue adalah produk berkualitas terbaik kala itu dan Sultan Mustafa III ingin membuat rakyatnya di Kairo terkesan dengan menggunakan produk itu.Pada 1759, Sultan Mustafa III akhirnya memilih ubin itu untuk melapisi dinding sabil-kuttab dengan harapan rakyat Kairo akan senantiasa mengenangnya.

Dengan memilih lokasi tepat di seberang kanal dari salah satu masjid paling terkenal di Kairo, Sultan Mustafa III juga ingin mene gaskan, ia bukan hanya penguasa sementara sebagai sultan, tetapi juga sebagai pemimpin agama dan khalifah.

sumber : Muhyiddin
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement