Selasa 18 Sep 2018 13:25 WIB

Istilah Terorisme Muncul di Masa Revolusi Prancis

Penggunaan kata terorisme pada 1795 mengacu pada 'pemerintahan teror' .

Alat eksekusi mati di era revolusi Prancis.
Foto: wikimedia
Alat eksekusi mati di era revolusi Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Istilah 'teroris' dan 'terorisme' pertama kali muncul pada masa Revolusi Prancis 1789. Penggunaan kata terorisme pada 1795 mengacu pada 'pemerintahan teror' yang diprakarsai oleh kaum revolusioner. Para agen keamanan yang memberlakukan kebijakan teror disebut teroris. 

Professor Adam Roberts dalam The Changing Faces of Terrorism menjelaskan, pada tahun-tahun awal revolusi, sebagian besar aksi kekerasan dilakukan Pemerintah Paris untuk memaksakan peraturan baru kepada warga. 

Makna pertama dari kata 'terorisme', sebagaimana dicatat oleh Académie Française pada 1789 adalah 'sistem atau aturan teror'. Ini mengingatkan kita akan sisi lain teror yang acapkali juga digunakan pemerintah kepada warga negara mereka.

Selama abad ke-19, terorisme mengalami transformasi yang menentukan. Terorisme mulai dihubungkan, dan sampai hari ini, dengan kelompok-kelompok nonpemerintah. Salah satu kelompok revolusioner Rusia "Narodnaya Volya" pada 1878-1881 menggunakan kata teroris dengan bangga.

Mereka mengembangkan ide-ide tertentu yang menjadi ciri khas gerakan teroris berikutnya di banyak negara. Mereka percaya bahwa strategi pembunuhan yang ditargetkan terhadap pemimpin akan memicu gerakan revolusioner.

Kelompok ini berjuang melawan rezim Tsar yang dianggap tidak becus. Meski berhasil melakukan pembunuhan terhadap Tsar Alexander II pada 13 Maret 1881, mereka gagal menimbulkan efek revolusioner.

Selama beberapa dekade kemudian, terorisme terutama berkaitan dengan pembunuhan para pemimpin politik dan kepala negara. Tetapi, setelah Perang Dunia II, definisi terorisme meluas.

Nasionalisme mulai menguat. Beberapa kelompok memilih teror sebagai metode untuk melakukan perjuangan. Di beberapa koloni Eropa, gerakan terorisme dikembangkan dengan dua tujuan yang berbeda. 

Pertama, sebagai sarana perjuangan kemerdekaan untuk mengusir kekuatan kolonial. Kedua, mengintimidasi penduduk pribumi supaya mendukung klaim kepemimpinan kelompok tertentu pascakolonial.

Ada aksi teror yang menargetkan pemimpin politik, ada pula yang menargetkan warga sipil untuk menciptakan ketakutan. Di beberapa negara, kelompok ini menghasilkan keberhasilan mencolok, seperti pembunuhan kepala negara Rusia, Prancis, Spanyol, Italia, dan Amerika Serikat.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement