Kamis 06 Sep 2018 14:22 WIB

Masjid Biru di Jantung Chechnya

Pamor Masjid Ahmad Kadyrov sangat mentereng di Eropa.

Rep: Moh Akbar/ Red: Agung Sasongko
Masjid Akhmad Kadyrov di Grozny, Chechnya.
Foto: Spiegel.de
Masjid Akhmad Kadyrov di Grozny, Chechnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pamor Masjid Ahmad Kadyrov sangat mentereng di Eropa. Masjid tersebut memiliki daya tampung hingga 10 ribu jamaah.

Di Eropa, masjid yang dijuluki sebagai “Heart of Chechnya” ini telah mengukuhkan diri sebagai masjid terbesar yang ada di Benua Biru. Masjid ini secara resmi dibuka untuk umum pada 16 Oktober 2008.

Peresmian masjid itu dilakukan oleh pemimpin negara tersebut, Ramzan Kadyrov. Ia adalah putra dari Ahmad Kadyrov—mufti sekaligus presiden Chechnya yang telah diabadikan namanya sebagai nama masjid megah ini. Kala itu, hadir juga pada acara peresmian masjid, yakni Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin.

photo
Masjid Akhmat Kadyrov di Chechnya.

Masjid tersebut memiliki luas 5.000 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 14 hektare. Daya pikat masjid ini langsung tampak jelas dari sisi eksteriornya. Bentuk kubah dan menaranya mengadopsi pada bentuk Masjid Biru yang ada di Istanbul, Turki. Perbedaan masjid ini hanya terdapat pada ukuran dan jumlah menaranya saja.

Masjid Biru

Di Masjid Ahmad Kadyrov ini jumlah menaranya hanya ada empat atau dua menara lebih sedikit dari jumlah menara di Masjid Biru. Letaknya menyatu dengan empat sisi bangunan masjid.

Dari bentuk menara tersebut, terlihat begitu jelas adanya pengaruh arsitek Mimar Sinan. Ia adalah arsitek yang paling berpengaruh dalam perancangan sejumlah masjid pada masa kekaisaran Turki Usmani (Ottoman).

Bagian dasar menara mempunyai bentuk kotak. Setelah itu, dipadukan dengan bentuk silinder yang ramping. Pada bagian atas minaret, dihadirkan bentuk kerucut seperti pensil.

photo
Ramzan Kadyrov bersama Vladimir Putin

Di antara bentuk ruang yang silinder tadi, hadir juga tiga balkon kecil. Model minaret semacam ini tersaji pula di Masjid Biru Istanbul.

Menara tertinggi yang ada di Masjid Ahmad Kadyrov adalah 62 meter. Tinggi menara masjid ini telah membuatnya sebagai bangunan menara tertinggi di daratan Rusia.

Lalu, untuk bentuk kubahnya, berupa bulatan setengah lingkaran. Penyajiannya ditampilkan secara bertumpuk dengan dikelilingi beberapa kubah berukuran yang lebih kecil. Kubah utamanya memiliki diameter mencapai 15,5 meter dengan letak ketinggian sekitar 23 meter dari permukaan dasar.

Adopsi bentuk kubah dan menara dari Masjid Biru ini ternyata dipengaruhi dengan adanya keterlibatan tenaga ahli yang didatangkan langsung dari Turki. Adopsi dari masjid Biru juga tampak hampir di setiap sudut dan tempat. Permainan bentuk lengkungan di tampilan fasad masjid menjadi ciri lainnya dari Masjid Biru yang menyisip di Masjid Ahmad Kadyrov.

photo
Masjid Akhmad Kadyrov di Grozny, Chechnya.

Permainan bentuk lengkungan dengan ujungnya yang meruncing itu juga tersaji apik di bagian selasar masjid. Untuk lebih mempercantiknya, dihadirkan pula ornamen seni yang membentuk simetris. Ornamen itu ditimpali dengan racikan warna biru yang cerah serta warna yang selaras dengan warna lantai yang dilapisi oleh material marmer.

Kaligrafi dan ukiran

Melangkah ke bagian interior, kemegahan dan keanggunan masjid ini semakin tampak. Mengutip informasi yang tertulis di laman 10russia.ru, lantai marmer berwarna putih menjadi penutup bagian dasar tempat kaki berpijak. Lantai ini menghiasi seluruh bagian interior masjid.

Kemudian, pada bagian langit-langit masjid, terhias 36 lampu gantung kandelar atau chandelier. Dari jumlah tersebut, 27 lampu kandelar itu mengadopsi pada desain yang ada di Masjid Kubah Ash-Shakhrah di Yerussalem. Sisanya meniru pada model kandelar yang menghiasi Masjid Rovzat-Nebevi di Madinah.

Sedangkan, lampu kandelar terbesarnya memiliki diameter hingga delapan meter. Bentuknya mengulangi bentuk Ka’bah di Makkah. Kemewahan kandelar itu ternyata dihiasi pula dengan sekitar tiga kilogram emas dan deretan butir-butir kristal Swarovski yang sudah tersohor pamornya ke pelosok dunia.

photo
Ramzan Kadyrov (kanan) saat konvoi menggunakan Rolls-Royce untuk memamerkan mangkuk diduga peninggalan Nabi Muhammad SAW.

Adapun lebih memperkaya lagi tampilan interior masjid ini adalah hiasan kaligrafi. Tulisan kaligrafi itu dikerjakan oleh tenaga-tenaga ahli dari Turki dengan bahan tinta emas. Hiasan tersebut dapat dilihat hampir di seluruh masjid.

Di bagian interior itu, adopsi masjid Turki juga tetap terasa kental. Ini tersaji dengan permainan bentuk lengkungan serta ornamen seni yang menghiasi semua bagian pada langit-langit masjid. Pilihan warnanya cukup terlihat cerah dengan racikan warna merah menyala, biru, dan beberapa warna lainnya. Sedangkan, untuk sisi mimbar, posisinya ditempatkan menjorong ke bagian shaf jamaah.

Mimbar di masjid ini terbuat dari bahan kayu. Sebagai penghiasnya menghadirkan teknik kündekari, yakni teknik ukiran kayu khas Turki yang kerap digunakan pada periode Kekaisaran Seljuk dan Turki Usmani.

Tak salah kiranya jika keindahan yang tersaji di Masjid Ahmad Kadyrov itu telah membawanya kepada sebuah julukan “Heart of Chechnya”, yakni denyut jantung kehidupan bagi kota yang dulunya pernah diamuk perang.

Simbol Berakhirnya Pengaruh Komunis di Grozny

Upaya untuk menghadirkan Masjid Ahmad Kadyrov bukanlah hal yang mudah. Setidaknya, dibutuhkan waktu hampir 16 tahun setelah wali kota Konya kala itu,  Akhmad-Hadji Abdulhamidovich Kadyrov, menginisiasi rencana pembangunan sebuah masjid.

Mengutip informasi di laman Islamoblog.blogspot.com, masjid ini awalnya hanya dirancang dengan bangunan ala kadarnya saja. Pembangunan masjid itu memiliki bentuk simbolik yang strategis untuk pengakuan eksistensi Islam di negara tersebut.

Di lokasi tempat Masjid Ahmad Kadyrov berdiri, dulunya adalah bekas markas besar dari komite regional Partai Komunis. Inisiatif ini dimunculkan untuk menunjukkan bahwa pengaruh komunis di negara tersebut telah usai. Sebagai penggantinya adalah Islam yang dihadirkan melalui berdirinya sebuah masjid.

Sayangnya, rencana itu terpaksa tertunda. Sekitar dua tahun lamanya Presiden Dzhokhar Dudayev—presiden kedua pengganti Ahmad Kadyrov—harus kembali angkat senjata melawan aksi pendudukan tentara Rusia dari 1994-1996. Setelah perang dengan Rusia berakhir, konflik internal ternyata menyulut perpecahan internal. Singkat kata, pembangunan harus kembali tertunda cukup lama.

Proyek pembangunan masjid ini kembali lagi dilanjutkan setelah terjadinya hubungan yang mesra dengan pihak Kremlin di Rusia. Kucuran dana sekitar 20 juta dolar AS mengalir dari Kremlin. Simbolisasi keharmonisan itu semakin menguat lagi ketika Perdana Menteri Vladimir Putin bersama para pejabat teras Rusia menghadiri peresmian masjid tersebut pada 16 Oktober 2008.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement