Kamis 30 Aug 2018 07:24 WIB

As-Suwaida Kota Bangsa Nabath

As-Suwaida adalah sebuah wilayah yang bersejarah.

Gurun pasir (ilustrasi)
Foto: .free-extras.
Gurun pasir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Sunan Abu Daud tercantum sebuah hadis yang berkaitan dengan upeti, harta rampasan dan rampasan. Pada hadis bernomor 2952 itu tertulis nama sebuah daerah bernama as-Suwaida.

Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Atlhas Hadith Al-Nabawi, as-Suwaida adalah suatu tempat yang berjarak dua malam perjalanan dari Madinah, tepatnya di Syam (Suriah).

"Dulu, as-Suwaida adalah tanah gersang,"ujar Dr Syauqi. Kini, wilayah itu terletak di barat daya Suriah, dekat dengan perbatasan Yordania. Kota ini merupakan ibu kota Provinsi Muhafazat as-Suwayda, satu dari 14 provinsi yang ada di Suriah. Luas wilayahnya mencapai 5.550 kilometer persegi.

Mayoritas penduduk as-Suwaida adalah kaum Ibrani yang umumnya berbahasa Prancis (di Suriah secara keseluruhan). Sedangkan, kaum Yunani ortodoks hanya minoritas di sana. Total jumlah penduduk yang menghuni wilayah as-Suwaida pada 2010 diperki- rakan mencapai 364 ribu jiwa.

As-Suwaida adalah sebuah wilayah yang bersejarah. Kota itu ditemukan dan didirikan pertama kali oleh bangsa Nabatean atau Nabath. Suku Nabatean adalah salah satu rumpun bangsa Arab yang hidup sebelum masuknya bangsa Romawi. Mereka menetap di daerah Yordania hingga ke sebelah utara Damaskus.

Sebagian besar sejarawan menyebut mereka termasuk ke dalam golongan bangsa Arab kuno. Mereka dikenal sebagai suku pengembara yang berkelana ke berbagai penjuru dengan kawanan unta dan domba. Mereka juga dikenal sebagai penyembah berhala yang menyembah Dewi Nasib, Manat, dan Hubal.

Suku Nabath dahulu menggunakan bahasa Aram untuk berkomunikasi. Bahasa Aram adalah rumpun bahasa yang banyak digunakan di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Afrika Timur dengan sejarah selama 3.000 tahun. Bahasa ini pernah menjadi bahasa pemerintahan berbagai kekaisaran.

Bangsa Nabatean adalah cikal bakal kaum Nabi Shaleh, yakni kaum Tsamud, kaum yang mahir dalam memahat dan mengukir bebatuan keras untuk dijadikan rumah dan istana-istana raksasa. Kaum Tsamud merupakan suku kuno Arabia yang diperkirakan hidup sekitar milenium pertama sebelum Masehi dan dekat dengan waktu kenabian Muhammad SAW.

Sejumlah besar kaum Tsamud merupakan pengukir dan pemahat bukit yang baik. Ukiran dan pahatan mereka hingga saat ini dapat ditemui di Gunung Athlab dan hampir seluruh Arab bagian tengah.

Kaum Nabatean juga dikenal sangat mahir dalam membuat tangki air bawah tanah untuk mengumpulkan air bersih yang bisa digunakan saat mereka bepergian jauh. Sehingga, di mana pun mereka berada, mereka bisa membuat galian untuk saluran air guna memenuhi kebutuhan air mereka.

Pada akhir abad ke-4 sebelum Masehi, berkembangnya dunia perdagangan membuat suku Nabatean memberanikan diri mulai ikut dalam perdagangan dunia. Rute perdagangan dunia mulai tumbuh subur di bagian selatan Yordania dan selatan Laut Mati. Mereka lalu memanfaatkan posisi tempat tinggal mereka yang membentang dari Yordania hingga utara Damaskus sebagai salah satu rute perdagangan dunia.

Kaum Nabath menyebut as-Suwaida dengan nama Suada. Suku itu sempat dijajah bangsa Romawi. Orang Romawi dan Yunani menyebut kota as-Suwaida dengan nama Dionysias pada 149 M. Setelah itu, pengaruh suku Nabatean berkurang dan mereka berkonsentrasi di daerah selatan sebagai akibat percepatan persebaran budaya Yunani.

Nama Dionysias tetap dipakai selama periode Bizantium ketika Kota as-Suwaida berada di bawah pengaruh al-Ghasasinah, sebuah suku Kristen dari Arab Selatan. Pada saat Islam berkem- bang di Jazirah Arab, wilayah itu sudah dikenal dengan nama as-Suwaida.

Para arkeolog telah menemukan sederet situs peninggalan bersejarah arkeologi di as-Suwaida. Temuan itu menjelaskan kehidupan masa lampau suku Nabatean. Di antaranya adalah Kuil Dionysus-Dushara yang masih menyisakan delapan bangunan tinggi dengan desain yang cukup baik dan masih berdiri.

Selain itu, terdapat bangunan Saint Sergius Basilica yang dibangun pada abad ke-5 Masehi. Bangunan ini memiliki elemen arsitektur Bizantium dengan sebuah biara di sekitarnya. Ada pula bangunan melengkung dengan bangunan gereja yang telah hancur dan hanya menyisakan sebuah bangunan yang oleh masyarakat lokal dikenal dengan nama al-Mashnaqa dengan hiasan bermotif anggur.

Peninggalan bersejarah lainnya yang merupakan penemuan paling baru adalah sebuah amfiteater di selatan Agora, sebuah situs arkeologi lainnya. Selain itu, kota ini juga masih menyimpan sejumlah rumah tua yang masih ditempati oleh penduduk lokal, waduk kuno, dan menara pengawas.

Penduduk as-Suwaida telah mengalami kemajuan antara tahun 400 SM dan 200 SM dengan meninggalkan berbagai monumen, di antaranya wilayah pekuburan di atas bukit berbatu.

Kaum Nabath adalah kaum yang ahli dalam memahat dan mengukir batu- batu alam pegunungan yang berwarna merah. Mereka juga ahli membuat patung batu, di antaranya yang terkenal adalah Hubal, sebuah berhala di Makkah yang disembah bangsa Arab Jahiliah sebelum datangnya Islam.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement