Ahad 24 Jun 2018 19:24 WIB

Sentuhan Persia di Masjid Jami Gulbarga

Masjid ini juga mengingatkan keanggunan Masjid Agung Cordoba.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agung Sasongko
Masjid Jami Gulbarga, India.
Foto: Wikipedia
Masjid Jami Gulbarga, India.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sebuah masjid bergaya Persia di India. Masjid Jami di Gulbarga ini juga mengingatkan pada Masjid Agung Cordoba. Dilansir The Hindu, Ahad (24/6), seorang pengunjung yang juga kolumnis, Rana Safvi mengatakan masjid ini adalah salah satu yang harus dikunjungi dari sekian situs di wilayah sejarah religius Gulbarga, Karnataka.

Mohammad bin Tughlaq, yang memerintah 1321-1351 sebagai Sultan Delhi, menguasai sebagian besar Deccan termasuk Gulbarga. Pada tahun 1347, seorang perwira Tughlaq bernama Alauddin Hasan memberontak melawan Tughlaq dan menyatakan kemerdekaannya dengan mendirikan kerajaan Bahmani (1347-1527) dengan Gulbarga sebagai ibukotanya.

Hasan membangun Gulbarga sebagai kota benteng. Para sultan Bahmani memerintah dari sini sampai ibukota kerajaan itu bergeser ke Bidar di 1424. Ketika Mohammad bin Tughlaq memindahkan ibukotanya ke Daulatabad di Deccan, ia membawa para pengrajin dan arsitek bersamanya.

Para sultan Bahmani saat itu memilih untuk condong ke Persia sebagai sumber inspirasi. Seperti Eropa yang memandang ke arah arsitektur Yunani, terkesan dengan lengkungannya yang menjulang dan sentuhan ringan. Kadang-kadang inspirasi itu dikombinasikan dengan gaya lokal yang ada dan berkembang.

photo
Masjid Jami Gulbarga, India/Wikipedia

Meski banyak dipengaruhi Persia, arsitektur gaya Tughlaq tetap terlihat kental. Seperti di makam raja-raja Bahmani di Gulbarga.

Masjid ini memiliki dinding benteng yang tidak teratur membentang selama hampir tiga kilometer. Dinding ganda ini memiliki tinggi 50 kaki dan dikelilingi oleh parit yang diukir dari batu. Parit itu tampak lebar di beberapa tempat.

"Saya bisa melihat beberapa benteng semisirkular padat saat kami memasuki salah satu dari dua gerbang masuk. Saya sedikit kecewa ketika saya melihat dinding dan gerbang yang runtuh, dengan ternak dengan gembira merumput di sana," kata Rana pada kolumnya.

Tapi ia mengakui pemandangan pertama Masjid Agung Jami, atau masjid kongregasi itu membuatnya kagum. Masjid Jami selesai pada 1367. Bahkan sekarang, masjid masih berdiri sebagai saksi kemuliaan kerajaan masa lampau. Masjid ini memberi gambaran tentang masjid-masjid agung Cordoba.

photo
Bagian dalam Masjid Jami Gulbarga/Wikipedia

Keunikan lainnya adalah bahwa masjid Gulbarga tidak memiliki halaman terbuka dan seluruh struktur ditutupi oleh atap. Menurut sejarawan seni, Percy Brown beberapa orisinalitas desain dan konstruksinya mungkin karena masjid dibangun di bawah arahan seorang arsitek keturunan bernama Rafi yang bukan dari India. Ia berasal dari kota jauh Kazvin di Persia utara.

"Ada kemungkinan bahwa keturunan berbakat dari keluarga arsitek yang terkenal ini mengembangkan skema masjid ini dari kesadaran batinnya, bahwa konformasi yang tidak biasa adalah hasil dari kejeniusannya sendiri," katanya.

Arsitek itu mungkin telah melihat ke barat untuk inspirasinya. Dibalik pikirannya ada beberapa ide tentang ruang berkubah dari jenis basilika, suatu bentuk yang sesekali ditemukan di bangunan agama Islam di beberapa negara Eropa timur.

Masjid dibagi menjadi bagian melengkung yang luas dengan area besar di barat dengan Mihrab. Ruang ini ditutupi oleh kubah pusat yang tinggi. Deretan gang dengan 68 teluk, masing-masing berbentuk seperti kubah, memberi aula berpilar penampilan yang luar biasa. Ada penopang seperti sarang lebah di keempat sisi masing-masing kubah.

photo
Bagian depan Masjid Jami Gulbarga, India/Wikipedia

Barisan-barisan lengkung tunggal yang membentang lebar dengan impost rendah memberi kesan merinding dengan kesempurnaan dan simetri geometris. Meski dalamnya nampak ramai dan magis, masjid ini tampak polos dari luar.

Masjid itu tampak padat dan sederhana. Jauh berbeda dengan masjid-masjid di Delhi dengan halaman-halaman terbuka dengan pintu-pintu masuk. Bahkan lengkungan luhur di pintu masuk utara masjid sederhana tanpa kaligrafi apa pun.

Dari ketinggian, pengunjung bisa melihat kubah pusat, empat kubah samping yang lebih kecil, dan bukaan melengkung yang berjalan di tiga sisi masjid. Masjid ini mempengaruhi banyak masjid lain dari Deccan yang dibangun kemudian.

"Clerestory-nya mendukung kubah sebagai fitur seni bangunan di bagian-bagian ini, sedangkan rentang yang luas dan rendahnya penonjolan dari lengkungan mihrab digambarkan sebagai ciri utama untuk banyak monumen," katanya. Ini termasuk di masjid Kali dan Khirkee di Delhi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement