Jumat 22 Jun 2018 17:32 WIB

Samarkand, Harta Karun Dunia Islam di Jalur Sutra

Berbagai bangsa silih berganti menaklukan Samarkand.

Masjid Bibi Khanym di Samarkand, Uzbekistan.
Foto: flickriver.com
Masjid Bibi Khanym di Samarkand, Uzbekistan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Ibnu Batutah mengunjungi Samarkand pada 1330, pelancong Muslim yang masyhur itu menggambarkannya sebagai salah satu kota teragung, terbaik, dan paling sempurna dalam hal keindahnnya.

Bangunan masjid, istana, taman, dan beragam mahakarya arsitektur nan menawan lainnya yang terdapat di kota ini bakal mengingatkan orang-orang pada negeri dongeng seperti yang dituturkan oleh tokoh fiktif Ratu Syahrazad dalam kisah Seribu Satu Malam.

"Bahkan, keindahan Samarkand boleh disebut bagian dari surga Allah di bumi," ungkap Afifa Thabet dalam artikel berjudul "Samar kand is an Astonishing City Where Islamic Treasures and Eastern Beauty Meet", yang dilansir laman Mvslim.com.

Samarkand adalah kota terbesar ke dua di Uzbekistan, setelah Tashkent. Keberadaan kota ini setidaknya telah melalui perjalanan sejarah selama 2.750 tahun. Samarkand juga dianggap sebagai salah satu kota tertua di dunia karena didirikan pertama kali pada zaman peradaban kuno negeri Sogdiana (sekitar 600 SM).

photo
Jalur Sutra/Ilustrasi

Lokasinya yang berada di Jalur Sutra menjadikan Samarkand salah satu kota paling subur di Asia Tengah selama berabad-abad, baik sebelum maupun sesu dah penaklukan oleh bangsa Arab Muslim. Kota ini tumbuh sebagai pusat perdagangan internasional terpenting di Asia Tengah. Di kota ini pula, para pedagang dari berbagai negara bertemu dan saling bertukar pikiran sehingga membentuk asimilasi kebudayaan di antara mereka.

Alexander Agung dari Makedonia, yang menaklukkan Samarkand pada 329 SM, berkata: "Yang saya dengar tentang keindahan kota ini memang benar adanya. Bahkan, kota ini jauh lebih indah dalam kenyataan."

Pada abad ke-8, Samarkand ditaklukkan oleh bangsa Arab dan Muslim. Selama berada di bawah pemerintahan Dinasti Umayyah, kota ini tumbuh makmur menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan rute antara Baghdad dan Cina. Selanjutnya, pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, posisi Samarkand sebagai ibu kota Asia Tengah terus berkembang menjadi pusat peradaban Islam yang sangat penting. Di kota inilah, salah satu ulama hadis terbesar dalam sejarah Islam, Imam al-Bukhari, dimakamkan pada 870 M/256 H.

Saat berada di bawah kekuasaan Dinasti Samaniyah Khurasan (862–999), Dinasti Turki Seljuk (1037–1194), dan kemudian Dinasti Shah Khawarazmi (1212–1220), Samarkand terus berkembang menjadi kota yang maju. Namun, peradaban agung yang sudah dibangun selama berabadabad di kota ini langsung runtuh seketika tatkala pasukan Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan menginvasi Samarkand pada 1220.

photo
Alun-Alun Registan di Samarkand.

Kemegahan peradaban di Samarkand mulai bangkit kembali ketika Kekaisaran Timuriyah menaklukkan kota ini pada abad ke14. Setelah berhasil menguasai Transoksiana pada 1370, Timur Lenk (sang pendiri Dinasti Timuri yah—Red) mulai membangun kerajaannya dan menetapkan Samarkand sebagai pusat pemerintahannya. Hanya dalam tempo 35 tahun, dia berhasil menaklukkan seluruh Asia Tengah yang mencakup wilayah Iran, Irak, bagian selatan Rusia, hingga wilayah utara India.

Timur Lenk memiliki minat yang tinggi terhadap dunia seni. Bahkan, semasa hidupnya, sang raja kerap mem bawa se jumlah perajin atau seniman dari berbagai daerah yang ditaklukkannya ke Samarkand. Karena itu, tidak mengherankan bila pada kemudian hari Dinasti Timuri yah juga tercatat sebagai salah satu kerajaan yang paling cemerlang dalam sejarah seni Islam.

"Kesenian dan arsitektur Timuriyah memberikan inspirasi kepada daerah-daerah yang membentang dari Anatolia sampai ke India," ung kap peneliti dari Museum Kesenian Metropolitan, Suzan Yalman, dalam arti kel nya, "The Art of the Timurid Period" (ca. 1370–1507).

photo
Dinasti Timuriyah

Setelah kematian Timur Lenk, pengaruh Kekaisaran Timuriyah segera melemah dalam waktu singkat dan akhirnya benar-benar kehilangan kekuatannya pada akhir abad ke15. Samarkand lalu diperintah oleh bangsa Uzbek selama empat abad berikutnya. Kota ini sempat pula menjadi bagian dari Emirat Bukhara sebelum jatuh ke tangan tentara Rusia pada 1868.

Samarkand kemudian ditetapkan sebagai ibu kota Republik Sosialis Soviet Uzbekistan pada 1925. Namun, sejak 1930, ibu kota negara itu akhirnya dipindahkan ke Tashkent. Saat ini, Samarkand tercatat sebagai salah satu kota tua yang masuk dalam daftar warisan budaya du nia UNESCO.

Dengan segala keme gah an peradaban yang dimilikinya, Sa mar kand layak disebut sebagai harta karun dunia Islam di Jalur Sutra—yang wajib dijaga kelestariannya.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement