Selasa 15 May 2018 17:14 WIB

Kemegahan Masjid al-Azhar Kairo

Restorasi masjid menggunakan metode saintifik termutakhir.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agung Sasongko
 Suasana Masjid Al-Azhar yang terletak di kawasan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir.   (Republika/Agung Supriyanto)
Suasana Masjid Al-Azhar yang terletak di kawasan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Universitas al- Azhar kembali dibuka setelah perbaikan bertahun-tahun. Tempat bersejarah di pusat kota Kairo itu kembali menyambut jamaah yang hendak beribadah, dan pengunjung yang ingin sekadar mengagumi keindahan bangunan yang sudah berusia lebih dari seribu tahun.

Masjid diresmikan kembali saat kunjungan Putra Mahkota Kerajaan Saudi, Mohammed bin Salman. Ia berdiri di samping Presiden Abdel Fattah el-Sisi dan menyaksikan kemegahan terbaru masjid dari abad ke-10 tersebut.

Perbaikan tempat sujud itu dibantu dana hibah Raja Saudi Salman bin Abdul Aziz.Ia memerintahkan perbaikan masjid harus segera dilakukan sebelum putra Abdul Aziz as-Saud itu meninggal. Selain masjid, sejumlah bagian universitas ikut diperbaiki dan dibuat terintegrasi dengan asrama mahasiswa.Hal itu memudahkan mahasiswa untuk bepergian menuju kampus mereka.

photo
Masjid Al Azhar, Kairo, Mesir

Masjid ini terletak di area padat penduduk. Dulu, dinding-dindingnya usang dilalap polusi udara, kelembaban tinggi dan memburuknya pemeliharaan masjid. Sistem pembuangan tidak berfungsi seperti sedia kala karena gempa 1992.

Dilansir dari Ahram, restorasi masjid meng gunakan metode saintifik termutakhir.Setiap upaya perbaikan memastikan arsitektur masjid tidak berubah. Sehingga kondisi bangunan itu tetap seperti semula.

Direktur Historic Cairo Development Project, Mohamed Abdel-Aziz mengatakan, tujuan proses ini adalah untuk memperkuat pondasi bangunan dan melindunginya dari kerusakan di masa depan. "Ini bisa dicapai dengan sistem tumpukan mikro," kata dia kepada Al-Ahram Weekly, Rabu (7/3). Pondasi, dinding hingga batu-batuan yang telah lapuk diganti. Jika masih bisa diperbaiki, maka ia dibersihkan.

photo
Suasana Masjid Al-Azhar yang terletak di kawasan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. (Republika/Agung Supriyanto)

Pemugaran termasuk memperkuat desain arsitektur, atap kayu, lukisan, ukiran, hiasan logam halus, dan jendela. Makam, lima menara dan tujuh kubah juga ikut dipugar. Pekerjaan tersebut melibatkan transformasi dan modernisasi sistem pencahayaan, toilet, sistem drainase, ventilasi dan suara.Semuanya disesuaikan dengan standar internasional terbaru mirip seperti yang diterapkan di Masjid al-Haram Makkah.

Universitas Al-Azhar yang bergengsi dibangun berdasarkan perintah khalifah Fatimiyah al-Muizz Lidin oleh arsitek Jauhar as-Seqeli. Ia adalah arsitek yang membangun ibu kota baru Fatimiyah, Al-Qahira (Kairo). Masjid tersebut dahulu adalah istana mewah, sekaligus masjid, madrasah dan sabils (air mancur). Nama al-Azhar muncul dari nama putri Nabi Muhammad SAW Fatima az-Zahra.

Gaya arsitektur masjid menunjukkan pengaruh berbagai dinasti dan kontribusi khas mereka selama berabad-abad setelahnya. Saat ini, Al-Azhar meliputi area seluas 12.000 meter persegi, dua kali lipat dari ukuran aslinya.

photo
Suasana Masjid Al-Azhar yang terletak di kawasan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. (Republika/Agung Supriyanto)

Masjid tersebut direnovasi dan diperluas beberapa kali selama era Fatimiyah. Namun selama periode Ayyubiyah berikutnya terbeng kalai. Ayyubiyah mengenalkan doktrin Sunni ke masjid dan ajarannya tentang syariat Islam.

Asisten Menteri Cagar Budaya Mesir, Mohamed Abdel-Latif mengatakan bahwa rezim Mamluk memerintah dan menguasai Mesir setelah jatuhnya Ayyubiyah. Ia telah memulihkan masjid tersebut, terutama pada masa pemerintahan sultan Mameluke, Baybars.

Sebuah madrasah dibangun di sepanjang dinding barat laut dan sebagian dinding tua dilepas untuk mengakomodasi struktur baru tersebut. Sultan Mamluk Qansur Al-Ghouri kemudian membangun menara berkepala dua yang merupakan menara tertinggi dari semua menara Al-Azhar.

Setelah jatuhnya Mamluk dengan invasi Usmani pada tahun 1517, penguasa Usmani di Mesir memberikan sejumlah aset wakaf untuk mendanai pembangunan. Perluasan terbesar masjid tersebut, kata Abdel-Latif, dimulai di bawah emir Mameluke Abdel- Rahman Katkhuda. Renovasi dan perbaikan juga dilakukan di bawah Mohamed Ali Pasha pada awal abad 19 dan penerusnya.

photo
Suasana shalat tarawih di Masjid Al-Azhar, Kairo, Mesir.

Al-Azhar hari ini tetap merupakan institusi yang sangat berpengaruh dalam masyarakat Mesir dan sangat dihormati di dunia Muslim sebagai simbol pembelajaran dan budaya Islam. Muslim dari berbagai belahan dunia datang ke sana untuk mempelajari berbagai tradisi keilmuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement