Rabu 11 Apr 2018 18:25 WIB

Masjid Djenne, Rancangan dengan Identitas Lokal

Material yang digunakan untuk membangun masjid ini tak lazim.

 Masjid Agung Djenne di Mali, Afrika Barat.
Foto: sacredsites.com
Masjid Agung Djenne di Mali, Afrika Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat mendengar kata "masjid", yang terlintas di dalam kepala sebagian besar orang mungkin adalah sebuah bangunan yang identik dengan kubah, berhiaskan ragam mosaik, serta dilengkapi dengan menara yang tinggi menjulang. Namun, seluruh karakteristik tersebut tidak akan kita jumpai pada Masjid Agung Djenne di Mali.

Rumah ibadah yang satu ini terkesan polos dan minim ornamen. Bentuk bangunannya pun sepenuhnya mengusung gaya arsitektur lokal Sudano-Sahelian. Beberapa potong kayu perancahnya bah kan tampak menyembul ke luar bangunan ini.

Namun, karya ini justru menunjukkan bahwa sang arsitek paham betul bagaimana merancang sebuah masjid dengan identitas lokal yang sederhana, tapi tidak mengurangi aura sakral dan monumental dari sebuah masjid agung.

Tidak sekadar memiliki gaya arsitektur yang unik, material yang digunakan untuk pembangunan masjid yang terletak di kawasan Sub-Sahara Afrika ini pun tidaklah lazim. Jika masjid-masjid pada umumnya menggunakan batu atau semen sebagai bahan dasar konstruksi nya, masjid ini justru dibangun dengan tanah liat yang diambil dari dua sungai yang melintasi Kota Djenne.

Karena keunikannya itu, Masjid Agung Djenne dikenal sebagai landmark terpenting di kota itu. Bahkan, karena ketidaklazimannya tersebut, masjid ini juga masuk ke dalam daftar 10 masjid ter unik di dunia.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement